Kekayaan Hartono Bersaudara berasal dari Grup Djarum, kemudian juga berasal dari bisnis yang diarahkannya lewat Perusahaan induk Dwimuria Investama Andalan. Berdasarkan catatan Bloomberg, kekayaannya juga bersumber dari operator menara telekomunikasi PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) melalui Sapta Adhikari Investama.
Sementara di urutan selanjutnya ada bos dan pemilik grup Barito Pacific, Prajogo Pangestu yang harta kekayaannya mencapai US$ 31,7 miliar (Rp 518,99 triliun), menariknya sebagai individu atau perseorangan Prajogo menempati urutan pertama orang terkaya Indonesia, disusul bos batu bara PT Bayan Resources Tbk (BYAN) Low Tuck Kwong sejumlah US$ 28 miliar (Rp 458,41 triliun), dan di urutan selanjutnya ada nama Sukanto Tanoto dengan harta kekayaan mencapai US$ 20 miliar (Rp 327,44 triliun).
Dalam hal ini, entitas Grup Djarum yang merupakan Anak Usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Iforte Solusi Infotek, akan mengakuisisi sebagian saham PT Remala Abadi Tbk (DATA).
PT Remala Abadi Tbk (DATA) menjalankan bisnis di bidang Internet Service Provider (ISP). Perusahaan bergerak pada bidang perdagangan komputer dan perlengkapan komputer, serta perdagangan perangkat software. Kemudian mencakup layanan internet broadband, layanan local link, managed serviced serta penyedia fiber optic secara Business to Business (B2B).
Berdasarkan keterbukaan informasi, Iforte akan mengakuisisi 40% saham Remala Abadi. Keduanya telah melakukan penandatanganan perjanjian pengikatan jual beli pada 23 Desember 2024. Perjanjian itu kemudian menjadi dasar Iforte dan Remala Abadi untuk melakukan negosiasi harga final.
Setelah transaksi, Iforte akan menjadi pengendali baru. Sehingga, Perusahaan akan menggelar tender wajib.
Mengutip Richard Kartawijaya Direktur Utama Remala Abadi, keputusan menjadikan Iforte sebagai investor strategis dapat memperkuat layanan broadband Perusahaan, dan akan berdampak positif kepada kinerja keuangan baik ke kedua belah pihak.

Aksi korporasi itu memacu harga saham DATA yang pada perdagangan dua hari ini, Senin dan Selasa (20–21 Januari 2025) melejit setinggi-tingginya hingga Auto Reject Atas (ARA) ke Rp 1.530/saham.
Sebagai catatan, saham Remala Abadi melantai di Bursa Efek Indonesia sejak 7 Mei 2024 tahun lalu. Saat masa IPO, saham DATA ‘hanya dihargai Rp188/saham dan berhasil meraih dana segar hasil IPO mencapai Rp51 miliar. Dengan itu, saham PT Remala Abadi Tbk (DATA) sudah melesat hingga 713,83% sejak IPO.
(fad/aji)