Di saat ketegangan ekonomi antara Washington dan Beijing meningkat, kelompok yang dipimpin AS ini juga telah menguraikan rencana untuk meningkatkan “ketahanan rantai pasokan” – yang merupakan kode untuk mengurangi ketergantungan pada China di berbagai bidang termasuk mineral kritis dan memblokir ekspor beberapa peralatan pembuat cip. Meningkatkan hubungan dengan negara-negara Global South dipandang sebagai cara untuk memperluas upaya tersebut.
“Dengan invasi Rusia ke Ukraina dan tindakan China dalam banyak hal secara memaksa mengubah status quo, aliansi atau keselarasan di antara G-7 jauh lebih kuat dari sebelumnya,” kata Saori Katada, profesor Ilmu Politik dan Hubungan Internasional di University of Southern California. Namun, dia meragukan apakah taktik yang dolakukan G-7 ini akan melawan pengaruh China.
“China melakukan banyak hal untuk meningkatkan koalisinya sendiri, secara bilateral dan multilateral,” katanya. “Ini jelas melawan kecenderungan G-7 sebagai negara kapitalis kaya Demokrat.”
Beijing baru-baru ini menjadi tuan rumah bagi para pemimpin dari Brazil dan Asia Tenggara dalam upaya mendekati Global South. Negara tersebut juga membantu menengahi kesepakatan damai antara Arab Saudi dan Iran.
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki bulan lalu menggambarkan penjangkauan negara-negara non-member G-7 itu sebagai inisiatif yang unik di bawah kepemimpinan Jepang. Pertemuan dengan pejabat non-G-7 tersebut dijadwalkan pada Jumat.
Terakhir kali negara-negara non-G-7 diundang ke pertemuan menteri keuangan adalah tahun 2009, ketika Italia mengundang Rusia, kata Masato Kanda, wakil menteri keuangan Jepang untuk urusan internasional, Selasa.
Bagi Jepang, tiga tamu yang diminati adalah Korea Selatan, India, dan india.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pekan ini telah mengunjungi Seoul dengan janji untuk mengupayakan kerja sama dalam barang-barang berteknologi tinggi dan komitmen untuk memperbaharui ketergantungan antara kedua negara yang merupakan kunci kebijakan keamanan AS.
Jepang juga memperdalam hubungannya dengan India, ketua G-20 tahun ini dan Indonesia. Keduanya adalah penerima utama investasi asing langsung Jepang.
—Dengan asistensi Emi Urabe.
(bbn)