Logo Bloomberg Technoz

Sengkata Harmas berpedoman pada keputusan Kasasi No. 2461 K/PDT/202, “yang mana saat ini Perseroan [Bukalapak] telah mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali di Mahkamah Agung atas Putusan Pengadilan tersebut,” tulis Bukalapak.

Perusahaan juga berargumen bahwa “perseroan berpendapat bahwa Permohonan PKPU tidak tepat, mengingat Permohonan PKPU yang diajukan didasarkan pada permasalahan sengketa perdata murni yang merupakan ranah Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan ranah Hukum Acara Perdata Umum, sementara pengajuan Permohonan PKPU diajukan melalui Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.”

Profil e-Commerce Bukalapak dan Perjalanannya Hingga Kini

Bukalapak.(Bloomberg)

Bukalapak.com adalah salah satu e-commerce besar di Indonesia yang menutup layanan penjualan produk fisik pada awal tahun 2025 lalu. BUKA didirikan oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhammad Fajrin Rasyid pada tahun 2010.

Achmad Zaky juga merangkap sebagai Chief Executive Officer (CEO) BUKA hingga pada tahun 2019. Menurut informasi yang dihimpun, pada tahun 2011, sudah ada sekitar 10.000 pedagang yang bergabung di Bukalapak.

Pada tahun 2011, BUKA mendapatkan pendanaan tambahan perdana sekaligus menjadi investor utama Bukalapak.com, dari perusahaan asing asal Jepang, yaitu Batavia Incubator, Inc. 

Selang satu tahun, Bukalapak.com kembali mendapatkan tambahan dana investasi asal perusahaan asal Jepang lainnya, GREE Ventures, startup yang bergerak dibidang internet dan layanan mobile lainnya.

Beberapa investor yang mendukung perkembangan BUKA, yaitu Aucfan Co., Ltd, IREP Co., Ltd, dan startup asal Mena, 500 Startups. Zaky kemudian digantikan oleh Rachmat Kaimuddin pada awal tahun 2020 dan berhasil membawa Bukalapak berstatus emiten di pasar modal Indonesia tahun 2021.

Tantangan Bisnis vs Hasil Investasi Dana IPO 

Laporan keuangan per September 2024, Bukalapak.com membukukan pendapatan konsolidasi Rp3,99 triliun, naik 1,82% dibanding periode sebelumnya, Rp3,34 triliun. Dari nilai tersebut, Rp1,74 triliun atau setara 51,07% berasal dari segmen marketplace, sedang segmen online to offline berkontribusi Rp1,66 triliun.

Beban pendapatan terkolidasi naik 12,27% jadi Rp2,79 triliun. Imbasnya, rugi usaha Bukalapak naik 2,11% secara tahunan menjadi sebesar  Rp1,32 triliun. Kerugian bersih Bukalapak hingga kuartal ketiga tahun lalu turun 23% secara tahunan menjadi Rp597,34 miliar. Kerugian Bukalapak memang mengecil, namun perolehan ini tidak sepenuhnya berasal dari operasional perusahaan, melainkan terselamatkan oleh hasil investasi sisa dana IPO.

Pemasukan perusahaan dari pos pendapatan keuangan mencapai Rp783,77 miliar atau naik 27,7%. Menyusul juga pencatatan pada bagian perubahan nilai wajar investasi jangka panjang yang berbalik menjadi positif mencapai Rp45,26 miliar. Padahal, tahun lalu pos tersebut masih merugi Rp16,08 miliar. Jika mengeluarkan faktor pendapatan keuangan, maka kerugian Bukalapak sudah mencapai Rp1,36 triliun.

Direktur Bukalapak Victor Putra Lesmana dalam keterangannya pekan ini tidak secara tegas menyatakan nasib penggunaan sisa dana IPO. Potensi mengakuisisi perusahaan potensial masih ada dalam rancangan, namun hingga kini Bukalapak memilih berhati-hati dalam setiap keputusan yang didani dari sisa IPO.

"Kita lihat bersama-sama, kondisi industri secara keseluruhan sedang mengalami tantangan baik secara nasional maupun global. Kondisi politik juga dinamis, terutama tahun lalu, yang membuat kami harus berhati-hati, terlebih dalam melihat potensi atau kondisi yang ada."

Kemana Dana Sisa IPO Bukalapak.com?

Rincian Penempatan Sisa Dana IPO Bukalapak

Dilansir dari data bursa, Bukalapak.com resmi melantai di bursa pada tanggal 6 Agustus 2021. Dalam penawaran perdana, BUKA menawarkan sebanyak 25,76 miliar saham yang dilepas ke publik dengan harga penawaran Rp850/saham. Alhasil, Bukalapak.com berhasil memperoleh dana segar dari penawaran perdana sebesar Rp21,32 triliun.

Menurut laporan terakhir, per 31 Desember 2024, Bukalapak.com telah menggunakan sekitar Rp11,9 triliun dana hasil dari penawaran perdana tersebut.

Penggunaan dana diantaranya untuk modal kerja Bukalapak.com sebesar Rp6,9 triliun, modal kerja lima entitas anak perusahaan sebesar Rp1,19 triliun. Kemudian sebagai pengembangan Bukalapak.comdan entitas anak sebesar Rp3,8 triliun.

Dengan ini BUKA masih menyimpan sekitar Rp9,33 triliun dana hasil dari penawaran umum perdana. Hal yang kemudian dipertanyakan berbagai pihak, pasalnya justru Bukalapak.com lebih banyak menaruh sisa dana IPO di instrumen investasi, bukan dalam rangka pengembangan bisnis.

Pengaduan konsumen e-commerce, terbanyak Tokopedia dan Bukalapak

Dari 23 pos penempatan investasi, 15 diantaranya masuk obligasi dengan imbal hasil antara 4,34%-8,25%. Obligasi yang dipilih Bukalapak.com adalah yang diterbitkan pemerintah Republik Indonesia.

Satu penempatan di deposito Bank Rakyat Indonesia (Bank BRI) senilai sekitar Rp916 juta, sisanya Giro di berbagai institusi keuangan, mulai dari Bank BNI, DBS Indonesia, Bank Mandiri, hingga HSBC Indonesia.

Tutup Jual Produk Fisik

Bukalapak tutup lapak fisik. (Dok: perusahaan)

Pada 9 Februari 2025 lalu, Bukalapak resmi menghentikan layanan penjualan produk-produk fisik di marketplace tersebut. Bukalapak secara resmi hanya menjual produk-produk virtual, seperti penjualan pulsa, token listrik, hingga penyediaan layanan investasi.

Dalam beberapa kesempatan, Bukalapak mengatakan bahwa penutupan layanan penjualan produk fisik karena memang segmen penjualan produk fisik hanya sekitar 3% dari total keseluruhan pendapatan perusahaan per tahunnya. Bukalapak klaim keputusan ini juga bagian dari perubahan fokus pada bisnisnya di aplikasi dan situs mereka.

Penjualan beragam produk digital menimbulkan sejumlah dikritik oleh sejumlah pengamat. BUKA dianggap tidak mengambil keputusan bijak dalam penggunaan dana hasil penawaran umum yang masih ada sebesar Rp9,3 triliun.

Bantah tutup marketplace, ekonom tetap nilai Bukalapak kalah

Ekonom & Praktisi Pasar Modal Hans Kwee mengatakan bahwa keputusan Bukalapak untuk menghentikan penjualan produk fisik mampu memperbaiki kinerja keuangan perusahaan.

Hans memandang bahwa keputusan tersebut tidak lebih dari menerapkan strategi-strategi sebelumnya, bakar uang, yang hanya menimbulkan kerugian besar.

“Kalau hanya voucher, ini tidak hanya dilayani oleh marketplace, tapi bank, kemudian fintech juga sudah bisa melakukan semua itu. Artinya, akan ada persaingan yang ketat yang harus dihadapi Bukalapak,” kata Hans.

Question mark atas strategi tersebut, apakah Bukalapak bisa memperbaiki kinerjanya menjadi keuntungan? Kita juga harus melihat jika Bukalapak sudah tertinggal jauh dalam marketplace dan kalah dengan Tiktok, Tokopedia, hingga Shopee,” terang dia.

PHK Sebuah Keniscayaan

Ilustrasi PHK Karyawan (Bloomberg Technoz)

Keputusan pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah bagian dari dampak dari beralihnya fokus perusahaan dari menjual barang offline menjadi produk virtual. Presiden Direktur Willix Halim menyatakan PHK menjadi sebuah efek turunan dari pengakhiran layanan operasional produk fisik di aplikasi dan situs web Bukalapak, namun tidak disebutkan secara rinci.  Beberapa karyawan tetap dipertahankan karena dinilai masih dibutuhkan untuk menjalankan bisnis di masa depan.

Untuk mereka terdampak PHK, “perseroan berkomitmen untuk memastikan pemenuhan seluruh hak dan kompensasi para karyawan yang terdampak sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” tulis Willix.

Bisnis yang jadi fokus pasca 'memenggal' bisnis penjualan produk fisik di marketplace dan berakibat PHK, salah satunya adalah pengembangan industri gaming. Bagi Victor potensi pasar gaming masih sangat besar.

“Kami juga percaya bahwa jika kami memulai dengan mendukung pengembangan game lokal dan juga organisasi pengguna yang ada di Indonesia akan membantu kami juga untuk bisa memberikan solusi gaming yang relevan untuk dibawa ke pasar internasional di kemudian harinya.”

Pengguna yang semakin melek teknologi juga membuka peluang peningkatan produk virtual sehingga berdasarkan analisis mampu menciptakan pendapatan berkelanjutan. Perbaikan ekosistem layanan digital tengah memasuki fase perbaikan guna mendukung ambisi Bukalapak di masa depan.

(fik/wep)

No more pages