Problematik Bukalapak: Tutup Lapak Fisik, PHK, dan Gugatan Pailit
Redaksi
19 January 2025 12:18

Bloomberg Technoz, Jakarta - Menyandang status perusahaan teknologi pengelola e-commerce karya anak bangsa, mampu melantai di bursa dengan perolehan dana Initial Public Offering (IPO) terbesar terbesar dalam sejarah BEI, kini bisnis utama Bukalapak.com Tbk (BUKA), penjualan produk fisik, masuk pada fase sunset.
Bukalapak terakhir kali berada pada posisi Rp118/saham. Pada akhir perdagangan pekan ini saham BUKA turun 2,48% dibandingkan satu hari sebelumnya. Sepanjang tahun (year-to-date/ytd), saham Bukalapak telah kehilangan nilai 5,6%. Sedangkan, selama tercatat sebagai emiten di pasar modal, saham BUKA telah gugur 88,8% dimana pada satu tahun terakhir pelemahan BUKA tercatat 39,49%.
Bukalapak.com, yang memilih 'tutup lapak' layanan produk fisik, terbaru menghadapi gugatan pailit dari PT Harmas Jalesveva dengan alasan sengketa utang diantara keduanya. Harmas mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan Nomor Perkara 2/Pdt.Sus-PKPU/2025/PN Niaga Jkt.Pst pada 10 Januari 2025 silam.
Menanggapi PKPU, Bukalapak menegaskan bahwa statusnya sebagai debitur tidak tepat karena proses sengketa perdata murni yang masih dalam proses Peninjauan Kembali (PK).
Menurut Bukalapak persidangan PKPU perdana yang terjadi pada 14 Januari lalu tidak memengaruhi operasional, dan menegaskan permohonan Harmas tidak mencerminkan kondisi keuangan mereka secara keseluruhan.