Bagi sebagian besar dunia, Tiongkok telah lama menjadi negara dengan populasi terpadat, namun kebijakan keluarga berencana yang ketat selama beberapa dekade, meningkatnya biaya pengasuhan anak, dan perubahan norma-norma sosial telah memperlambat angka kelahiran secara dramatis. Jumlah bayi yang baru lahir terus menurun sejak tahun 1960-an, kecuali untuk kenaikan singkat pada tahun 2016 karena pemerintah melonggarkan kebijakan satu anak.
Penurunan populasi terbaru ini memperlebar jarak China dengan India, yang mengambil alih posisi sebagai negara dengan populasi terpadat pada tahun 2023. Jumlah penduduk negara Asia Selatan ini sekarang mendekati 1,45 miliar orang, menurut perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Bloomberg Intelligence memperkirakan bahwa populasi Cina akan menyusut menjadi 1,36 miliar pada tahun 2035, sebuah level yang belum pernah terjadi sejak tahun 2012, meskipun hal ini dapat tertunda jika para pasangan dapat dibujuk untuk memiliki lebih banyak anak.
Pada bulan Oktober, pihak berwenang berjanji untuk lebih mendukung keluarga dengan banyak anak, termasuk dengan membantu menyediakan perumahan, perawatan kesehatan, dan pekerjaan.
Tantangan demografis Tiongkok pada akhirnya dapat merusak prospek ekonomi negara ini karena menyusutnya jumlah tenaga kerja akan membebani pertumbuhan. Selain itu, populasi lansia yang terus bertambah akan menambah tekanan pada sistem pensiun yang kekurangan dana.
Tahun lalu, RRT mengatakan akan secara bertahap menaikkan usia pensiun untuk pertama kalinya sejak tahun 1978, meskipun ada ketidakpuasan publik terhadap keputusan tersebut.
(bbn)






























