Dari total keseluruhan, Rp31,85 triliun di antaranya merupakan pembiayaan untuk perumahan. Adapun rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) berada pada level 3,29%, angka ini kian efektif dan efisien dari pencapaian tahun sebelumnya yang sebesar 4,04%.
BTN Syariah juga berhasil menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp35,62 triliun, naik 27,29%. Dari jumlah tersebut, Dana Simpanan Wadiah sebesar Rp10,27 triliun, dan Dana Investasi Non Profit Sharing sebesar Rp25,35 triliun.
Dengan pencapaian kinerja positif tersebut, laba bersih yang dibukukan oleh BTN Syariah tercatat senilai Rp105,15 miliar pada kuartal I-2023, melesat 40% secara tahunan, adapun laba bersih pada periode yang sama pada tahun sebelumnya hanya sebesar Rp75,41 miliar.
Dengan saat ini struktur kepemilikan saham BBTN dipegang oleh Negara Republik Indonesia sebesar 60%, dan masyarakat 40%.
Jika mencermati kekuatan dari Bank Syariah Indonesia, pada kuartal I-2023 total aset untuk BRIS mencapai sebesar Rp313,25 triliun, naik 15% secara tahunan. Dengan berhasil menyalurkan pembiayaan yang meningkat 20% menjadi senilai Rp213,28 triliun.
Adapun rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) berada pada level 2,36%, membaik dari tahun sebelumnya yang sebesar 2,91%.
Sama halnya, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) BRIS juga tumbuh 12,88% menjadi Rp269,26 triliun. Tercatat dengan total tabungan mencapai Rp115,12 triliun dan menjadikan BRIS berada di peringkat ke-5 tabungan secara nasional.
Adapun laba bersih yang dibukukan oleh Bank Syariah Indonesia tercatat senilai total Rp1,46 triliun, tumbuh 47,65% secara tahunan.
Hingga saat ini struktur kepemilikan sahamnya digenggam oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 51,47%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 23,24%, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) sebesar 15,38%, dan masyarakat sejumlah 9,91%.
Apabila keduanya efektif merger, total asetnya akan menjadi sebesar Rp359,76 triliun per kuartal I-2023. Mengalahkan unggulan perbankan lainnya seperti Bank CIMB Niaga (BNGA) sebesar Rp341,69 triliun, dan juga Bank Permata (BNLI) sebesar Rp252,7 triliun. Serta aset Bank OCBC (NISP) yang Rp239,9 triliun.
Mencermati beberapa waktu yang lalu, UUS Bank BTN memang tidak masuk dalam paket sinergi perbankan syariah milik BUMN pada 2021 silam. Kala itu, Bank Syariah Indonesia, yang sempat bernama Bank Syariah Mandiri, merger dengan dua UUS bank BUMN lainnya, yakni Bank BRI dan Bank BNI.
(fad/rui)