Adapun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor minyak RI mencapai 17,84 juta ton pada 2023, naik dari 15,26 juta ton pada 2022; 13,77 juta ton pada 2021; dan 10,51 juta ton pada 2020. Negara asal minyak mentah yang diimpor Indonesia kebanyakan dari Arab Saudi, Angola, AS, Nigeria, Australia, dan sebagainya.
Beda dari OPEC
Lebih lanjut, Purnomo menegaskan proses impor minyak Rusia berbeda dengan negara yang ingin mengimpor minyak dari anggota OPEC karena harganya tidak bisa jauh berbeda dengan ketetapan harga OPEC.
“Kita masih belum tahu [harganya], tetapi Rusia tidak terikat. Misalkan saya dahulu pernah pengalaman Presiden OPEC, Gubernur OPEC, Sekjen OPEC, kita dahulu punya platform misalkan harganya harus berapa, enggak bisa turun dari itu OPEC,” tutur Purnomo.
Dia mengakui pemerintah saat ini masih terus mendiskusikan opsi Indonesia akan mengimpor minyak dari Rusia. “Nah ini sedang kita bahas apakah kita tangkap kesempatan ini [impor minyak dari Rusia],” kata Purnomo.
Di sisi lain, Pemerintah Indonesia juga tengah menunggu sikap pemerintahan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump khususnya terkait dengan kebijakan Menteri Pertambangan dan Energi AS yang akan dipilih Trump pada masa pemerintahannya.
“Kami masih menunggu seberapa sikap dari pemerintahan Trump karena di Trump ini pemerintahannya akan berbeda sekarang [era Joe Biden] kan,” imbuhnya.
Sejak 2022, minyak Rusia terimbas kebijakan batasan harga atau price cap dari G-7 untuk membatasi sumber pendanaan perang Kremlin dalam invasi ke Ukraina. Minyak Rusia diberi batasan harga US$60/barel alias di bawah harga pasar minyak dunia acuan, seperti Brent atau West Texas Intermediate (WTI).
Minyak Urals—acuan minyak Rusia — dilego di harga US$76,29/barel pada Kamis (16/1/2025), menurut data Trading Economics. Harga minyak Urals telah naik US$7,78 USD/barel atau 11,36% sejak awal 2025, menurut perdagangan berdasarkan kontrak untuk selisih (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini.
Sebagai perbandingan, minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret naik 0,1% menjadi US$82,13 per barel pada pukul 1:40 siang di Singapura hari ini. WTI untuk pengiriman Februari naik 0,2% menjadi US$80,17 per barel.
Pada Jumat (10/1/2025), pemerintahan AS di bawah Joe Biden menerbitkan serangkaian sanksi baru yang sangat agresif terhadap sektor energi Rusia, yang menargetkan produsen migas terkemuka Rusia, perusahaan asuransi, serta puluhan kapal tanker yang digunakan untuk mengangkut kargo minyak Rusia ke seluruh dunia.
Di sisi lain, opsi mengimpor minyak Rusia belakangan ini menyeruak lagi setelah Indonesia resmi mengumumkan bergabung dalam aliansi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) pekan lalu.
Wacana ini sempat mengemuka pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo, yang menyebut Indonesia terbuka untuk membeli minyak dengan harga murah.
“Itu saya pikir tidak ada masalah. Termasuk ketika kita bergabung dengan BRICS dan kemudian ada peluang untuk kita mendapatkan minyak dari Rusia. Selama itu sesuai aturan dan tidak ada persoalan, kenapa tidak?” kata Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat ditemui di kantornya, Jumat (10/1/2025).
(wdh)