Bloomberg Technoz, Jakarta - Patrick Sugito Walujo atau Patrick Walujo menilai dugaan penyelewengan dana perusahaan rintisan (startup) pengembang teknologi peralatan pemberi makan ikan dan udang otomatis terintegrasi, eFishery merupakan tindakan memalukan.
Patrick Walujo adalah pendiri dari sebuah perusahaan investasi, Northstar Group, yang ikut dalam gelombang pendanaan eFishery pada putaran seri C dan D, hingga perusahaan terus mengalami lonjakan valuasi.
“Ini benar-benar memalukan, dan memalukan bagi orang-orang yang telah menjalankan eFishery,” jelas Patrick di Jakarta, Kamis (17/1/2025).

Meski bukan bagian dari tim yang melakukan investigasi, Patrick menganggap telah terjadi penipuan sistematis di semua lini perusahaan.
Indikasi penipuan laporan kinerja dan pendapatan keuangan perusahaan, yang awalnya dilaporkan DealStreetAsia bulan Desember 2024 lalu, telah merusak tatanan industri pendanaan di Indonesia.
“Jadi kami akan menyelidikinya sampai tuntas, dan saya pikir kami akan menanggapinya dengan sangat serius.”
Startup agritech yang menyandang status unicorn (memiliki valuasi di atas US$1 miliar) menghadapi krisis kepemimpinan usai Gibran Huzaifah, sekaligus pendiri dicopot dari kursi CEO.
eFishery dalam pernyataan resminya menyatakan pergantian pemimpin didasari atas tata kelola perusahaan dan telah menjadi perhatian pemegang saham eFishery.
Saat ini, ekosistem eFishery telah digunakan oleh lebih dari 70.000 pembudidaya di 280 kota/kabupaten di Indonesia namun di pertengahan bulan Desember Gibran dilengserkan oleh investor karena temuan dugaan fraud.
Gibran, yang merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), tidak sendiri dalam keputusan pembebastugasan sementara. Ada Chrisna Aditya yang terakhir menduduki Chief Product Officer (CPO).
Profil lengkap Gibran Huzaifah
Meski begitu, perusahaan tidak mengonfirmasi alasan pemberhentian sementara Gibran dan Aditya, dan hanya menyampaikan dua posisi yang kosong sementara diisi Adhy Wibisono, sebagai Interim CEO, dan Albertus Sasmitra, sebagai interim CFO.
Martyn Terpilowski, salah seorang investor sempat mengkritik metode valuasi yang kerap menjadi celah tindakan pengelabuan olah para pendiri startup. Beberapa sektor bisnis sebuah startup menjalankan model bisnis yang tidak berkelanjutan.
"Apakah para investor benar-benar mempercayai [dengan valuasi]? Atau mereka hanya berencana menjual kepada orang lainnya di Seri pendanaan berikutnya?" ujar Martyn menulis kepada Bloomberg Technoz.
Pada tahun lalu, eFishery berhasil meraih pendanaan seri C sebesar US$90 juta atau sekitar Rp1,3 triliun, yang dipimpin oleh Temasek, SoftBank Vision Fund 2, dan Sequoia Capital India.
(prc/wep)