Pelajaran dari negara lain, misalnya, penurunan suku bunga dapat memberikan dampak positif, tetapi juga memiliki batasan. Amerika Serikat, kata Rizal, menggunakan kebijakan suku bunga rendah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pasca-pandemi. Namun, efektivitasnya tergantung pada respons sektor riil dan pengelolaan risiko eksternal seperti arus modal keluar dan pelemahan mata uang.
Secara keseluruhan, meski penurunan BI Rate memberikan sinyal positif terhadap prospek ekonomi Indonesia, kebijakan ini harus dilihat sebagai bagian dari strategi yang lebih besar.
"Kombinasi antara pelonggaran moneter, kebijakan fiskal yang ekspansif, serta reformasi struktural di berbagai sektor akan menjadi kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan merata," ujarnya.
Sekadar catatan, pemerintah memang telah mengumumkan pemberian paket insentif untuk mendukung daya beli pada 2025, seperti bantuan pangan, diskon biaya listrik, pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) untuk properti, kendaraan listrik dan hybrid, insentif PPh Pasal 21 sektor padat karya, dukungan untuk pekerja mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), PPh final 0,5% untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), skema pembiayaan industri padat karya dan diskon 50% iuran jaminan kecelakaan kerja.
(dov/lav)
