Menurut China Meteorological Administration atau Badan Meteorologi China, pada musim panas ini, suhu di sebagian besar wilayah China akan relatif tinggi, dengan beberapa wilayah diperkirakan akan mengalami gelombang panas secara berkala. Kekeringan yang lebih sering dan hujan badai yang memicu banjir juga diperkirakan akan terjadi.
Tahun lalu, cuaca yang sangat panas dan kurangnya hujan mengeringkan Sungai Yangtze, dengan debit air yang mencapai tingkat terendah dalam catatan di beberapa daerah.
Hal ini menyebabkan kekurangan listrik yang parah di daerah-daerah yang bergantung pada pembangkit listrik tenaga air, seperti provinsi Sichuan dan Yunnan, dan pemerintah daerah membatasi pasokan listrik ke pabrik-pabrik untuk memastikan orang-orang dapat menjalankan pendingin ruangan di rumah. Toyota Motor Corp. dan Honda Motor Co. termasuk di antara perusahaan-perusahaan yang terkena dampaknya.
Di Yunnan, pusat utama aluminium, penjatahan listrik dimulai lagi bulan lalu setelah kekeringan parah. Cuaca ekstrem juga mempengaruhi tanaman dari karet hingga kacang tanah, yang berpotensi mendorong China melakukan lebih banyak impor dan mengguncang arus perdagangan global.
Beijing telah bersiap-siap dengan meningkatkan produksi batu bara, yang masih menjadi sumber listrik terpentingnya bahkan ketika mereka menambah jumlah pembangkit listrik tenaga angin dan matahari yang baru.
Persetujuan juga telah diberikan untuk ekspansi besar-besaran pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil ini, yang banyak di antaranya hanya akan digunakan sepenuhnya pada saat pasokan listrik mengalami tekanan.
Tingginya persediaan batubara saat ini berarti krisis listrik nasional tidak mungkin terjadi, menurut Nannan Kou, seorang analis di Bloomberg NEF.
(bbn)