Logo Bloomberg Technoz

Sementara itu, di pasar surat utang, harga obligasi negara terpantau merangkak naik terindikasi dari penurunan tingkat imbal hasil SUN di hampir semua tenor.

Yield SUN tenor pendek 1 tahun turun ke 7,147%. Sementara tenor 5 tahun juga turun sedikit ke 7,039%. Disusul oleh tenor 10 tahun yang juga terkikis ke 7,248%. Lalu tenor 15 tahun juga turun ke 7,336%.

Hijaunya pasar di tengah tekanan yang masih memberati rupiah dinilai hanya akan menjadi fenomena jangka pendek saja.

"Saham-saham perbankan dan aset-aset yang sensitif terhadap suku bunga langsung menguat pasca keputusan BI rate. Namun kami khawatir penurunan suku bunga dapat mendorong pedagang valas untuk mengambil posisi short dalam rupiah, atau investor institusi mengambil posisi sell-on-strength," kata Satria Sambijantoro, Head of Research Bahana Sekuritas.

Mengingat besarnya pengaruh aliran dana asing saat ini, keuntungan apa pun pada obligasi dan ekuitas rupiah tidak akan bertahan lama jika mata uang tersebut tidak didukung dengan baik, menurut analis.

"Pelonggaran kebijakan yang tidak tepat waktu akan meningkatkan impor biaya modal sehingga memberi dampak negatif pada sektor manufaktur dan pertumbuhan investasi," imbuh Satria.

Bagi pasar obligasi, penurunan BI Rate di tengah tren bunga tinggi global yang masih bertahan dan ketidakpastian yang juga masih besar, akan memicu risiko baru.

"Ini adalah langkah berisiko yang diambil BI dan meningkatkan risiko keuangan bagi negara. Dengan ketidakpastian kebijakan yang akan segera terjadi di AS, ini bukanlah saat yang tepat bagi bank sentral di negara berkembang untuk melonggarkan kebijakan moneter," kata Rajeev De Melo, Portfolio Manager di Gama Asset Management, perusahaan pengelola dana global yang berpusat di Jenewa, Swiss, dilansir dari Bloomberg.

Pemangkasan bunga acuan mungkin akan mengurangi tekanan pada yield obligasi dalam jangka pendek, akan tetapi itu juga memaksa investor menghitung lagi ekspektasi mereka terhadap Bank Indonesia. 

(rui/aji)

No more pages