Logo Bloomberg Technoz

Sedang, investor asing mencatat net sell yang amat masif pada saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mencapai Rp32,22 miliar. Walaupun tertekan tekanan jual, saham BRIS tetap menguat 3,01% dan ditutup di posisi Rp2.750/saham.

Penutupan Saham BRIS pada Rabu 15 Januari 2025 (Bloomberg)

Berikut 10 saham dengan angka net sell tertinggi oleh investor asing selama perdagangan kemarin, Rabu (15/1/2025):

  1. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) Rp32,22 miliar
  2. PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) Rp23,21 miliar
  3. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) Rp19,58 miliar
  4. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Rp18,39 miliar
  5. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) Rp17,34 miliar
  6. PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) Rp16,04 miliar
  7. PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) Rp11,06 miliar
  8. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) Rp10,85 miliar
  9. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Rp9,79 miliar
  10. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp9,75 miliar

Bank Indonesia mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) perdana periode Januari 2025. Di luar perkiraan mayoritas Ekonom dan Analis, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat memangkas suku bunga acuan.

“Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 14 dan 15 Januari 2025 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 %, suku bunga Deposit Facility turun 25 basis poin menjadi 5% dan suku lending facility juga turun 25 basis poin menjadi 6,5%,” papar Perry dalam jumpa pers usai RDG, Rabu (15/1/2025).

Sementara itu, konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg dengan melibatkan 38 Ekonom dan/atau Analis menghasilkan median proyeksi BI Rate akan bertahan di angka 6%. 

Hasilnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia edisi perdana di 2025 memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 Bps menjadi 5,75%.

Keputusan pemangkasan BI Rate ini karena rendahnya perkiraan inflasi pada 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5% plus minus 1%. Selain itu, terjaganya nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental untuk pengendalian inflasi. 

“Dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Perry. 

“Dalam kaitan ini BI terus optimalkan bauran kebijakannya untuk tetap jaga stabilitas dan turut dukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” terang Perry.

(fad/aji)

No more pages