Logo Bloomberg Technoz

Pergerakan rupiah NDF itu memberi sinyal besar kemungkinan di pasar spot hari ini, rupiah masih akan tertekan.

Kemarin, begitu Gubernur Perry mengumumkan penurunan BI rate, rupiah langsung ambles menyentuh level terlemah sejak Juli 2024 di Rp16.333/US$, sebelum akhirnya diintervensi oleh bank sentral hingga ditutup di Rp16.320/US$.

Investor asing akan memperhatikan independensi BI setelah penurunan suku bunga yang dilakukan tanpa konsensus hari ini, menurut Head of Research Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro.

"Penerapan kebijakan moneter yang longgar pada saat volatilitas pasar meningkat dapat menyebabkan defisit neraca pembayaran yang lebih besar dan jumlah uang beredar dalam rupiah yang lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan melemahnya mata uang dan bahkan menaikkan suku bunga dalam jangka menengah," kata Satria.

Keputusan BI tersebut mungkin menjadi kabar baik bagi saham-saham, terutama saham perbankan. Namun, bagi pasar obligasi, meski yield langsung terkikis setelah pengumuman BI rate, langkah BI itu dinilai menciptakan ketidakpastian baru.

"Ini adalah langkah berisiko yang diambil BI dan meningkatkan risiko keuangan bagi negara. Dengan ketidakpastian kebijakan yang akan segera terjadi di AS, ini bukanlah saat yang tepat bagi bank sentral di negara berkembang untuk melonggarkan kebijakan moneter," kata Rajeev De Melo, Portfolio Manager di Gama Asset Management, perusahaan pengelola dana global yang berpusat di Jenewa, Swiss, dilansir dari Bloomberg.

Pemangkasan bunga acuan mungkin akan mengurangi tekanan pada yield obligasi dalam jangka pendek, akan tetapi itu juga memaksa investor menghitung lagi ekspektasi mereka terhadap Bank Indonesia. 

Pendek kata, ketidakpastian baru di pasar domestik mulai merebak.

"Kami khawatir penurunan suku bunga dapat mendorong pedagang valas untuk mengambil posisi short untuk rupiah, atau investor institusi mengambil posisi sell-on-strength. Mengingat besarnya pengaruh aliran dana asing saat ini, keuntungan apa pun pada obligasi dan ekuitas rupiah tidak akan bertahan lama jika mata uang tersebut tidak didukung dengan baik," jelas Satria.

Perubahan stance kebijakan BI menjadi lebih dovish akan membuka kerugian lebih lanjut pada rupiah.

Analis Barclays Audrey Ong memperkirakan, rupiah berpeluang melemah ke level Rp16.500/US$ pada kuartal ini dan makin tenggelam di level Rp16.800/US$ pada akhir kuartal IV nanti. 

Data AS legakan pasar

Hanya, tekanan pada rupiah hari ini kemungkinan bisa termoderasi oleh perkembangan sentimen eksternal pasca data inflasi CPI Amerika tadi malam menghidupkan lagi harapan akan pelonggaran oleh Federal Reserve, bank sentral AS.

Inflasi inti CPI pada Desember di negeri itu tercatat lebih rendah, yaitu 0,2%. Angka itu di bawah ekspektasi pasar dan menjadi perlambatan pertama kali setelah empat bulan beruntun naik 0,3%. Itu juga menjadi kenaikan terkecil daam enam bulan terakhir.

Data itu cukup melegakan pasar meski investor masih akan membutuhkan konfirmasi lagi bahwa laju penurunan inflasi di negeri itu masih berjalan.

Yang pasti, setelah data inflasi CPI rilis tadi malam, indeks dolar AS dan yield Treasury langsung turun, mengindikasikan ekspektasi terhadap penurunan bunga acuan The Fed tahun ini mendapatkan asa kembali.

“Bagi The Fed, data ini belum cukup untuk mendorong pemangkasan bunga acuan pada [FOMC] Januari,” ujar Seema Shah, Kepala Strategi Global di Principal Asset Management. “Namun, jika bulan depan ada laporan IHK [indeks harga konsumen] yang serupa dan data pekerjaan melemah, pemangkasan pada Maret bisa saja terjadi.”

Pasar kini menanti rilis data inflasi PCE pada akhir bulan yang diprediksi akan mencatat kenaikan 0,2%. 

“Kami masih yakin bahwa inflasi PCE inti akan sedikit menurun dalam dua bulan ke depan, memperkuat alasan bagi FOMC untuk melonggarkan kebijakan pada pertemuan akhir Maret,” ujar Samuel Tombs, Kepala Ekonom AS di Pantheon Macroeconomics.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan hari ini hingga ke level Rp16.350/US$ yang merupakan support terdekat usai break support psikologis. Target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp16.400/US$.

Apabila support itu jebol juga, maka rupiah berpeluang makin tenggelam ke level Rp16.410/US$ sebagai support terkuat. 

Adapun dalam tren jangka menengah (Mid-term), rupiah masih berpotensi melemah dengan level support menarik dicermati di Rp16.450/US$ sebagai support paling krusial.

Sebaliknya, bila terjadi penguatan, rupiah memiliki resistance di Rp16.300/US$ dan Rp16.240/US$ sebagai resistance potensial.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Kamis 16 Januari 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages