Selain itu, penguatan operasi moneter juga dilakukan melalui SVBI dan SUVBI khususnya dalam rangka menanggapi aturan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA).
Dalam kaitan itu, Perry sebelumnya menyinggung BI tengah mempersiapkan dua instrumen baru untuk penempatan dan pemanfaatan DHE SDA, yakni SVBI dan SUVBI.
"Selama ini BI memberikan instrumen term deposit valas, eksportir dari reksus menempatkan deposito valas di bank, bank bisa pass through ke BI. Kita juga bisa menawarkan hedging. Kalau eksportir memerlukan kebutuhan rupiah, bisa swap valas untuk itu ke bank dan bisa ke BI," ujar Perry.
Destry melanjutkan, BI dan Kementerian Keuangan juga telah sepakat melakukan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar primer dalam jangka pendek dan masuk melalui mekanisme pasar biasa di pasar sekunder. Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan juga sudah sepakat untuk melakukan mekanisme debt switch.
"Kami lakukan pada 2021 dan 2022. Jadi tenor akan lebih perpanjang tetapi tentu dengan pricing dan mekanisme sesuai dengan pasar, masuk kategori transaksi pasar sekunder," ujarnya.
Hari ini, BI mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pertama di 2025 dengan menurunkan bunga acuan atau BI Rate 25 basis poin pada level 5,75%. BI mulai berani merespons situasi pasar keuangan global yang masih bergejolak.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada tanggal 14 dan 15 Januari 2025 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 %, suku bunga Deposit Facility turun 25 basis poin menjadi 5% dan suku lending facility juga turun 25 basis poin menjadi 6,5%," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG di kantornya, Jakarta, Rabu(15/01/2025).
Pada penutupan pasar spot sore ini, rupiah ditutup melemah 0,34% di level Rp16.320/US$, menjadi yang terlemah di Asia.
Dalam intraday trading hari ini, rupiah sempat ambles ke level Rp16.333/US$ pasca Gubernur Perry mengumumkan penurunan BI rate.
Di pasar surat utang negara, terlihat pergerakan yield beberapa tenor mulai turun, indikasi ada aksi beli yang menaikkan harga. Yield tenor 5 tahun turun ke 7,09%. Sedangkan tenor 2 tahun masih naik imbal hasilnya 7,07%. Adapun tenor 10 tahun juga turun yield-nya ke 7,28%.
(lav)