Sebagai catatan, panel surya yang diproduksi di China menggunakan teknologi dari Jerman. Adapun, China saat ini memproduksi lebih dari 80% panel surya yang dipasarkan di seluruh dunia.
Di sisi lain, beberapa material yang digunakan untuk memproduksi panel surya seperti pasir silika hingga turunan bauksit seperti alumina dan aluminium didatangkan dari Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia punya potensi besar untuk menjadi salah satu negara yang mampu mengimbangi China dalam industri panel surya.
“Kita juga tahu teknologinya dari Jerman cuma pabrikasinya di China. Namun, perlu diingat bahan bakunya ada yang datang dari Indonesia,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Executive Vice President Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Warsono menyebut sudah menjajaki kerja sama dengan salah satu perusahaan pengembang teknologi panel surya.
Penjajakan tersebut dilakukan melalui anak usaha PLN, yakni PT PLN Indonesia Power.
“Penjajakan kerja sama sudah ada lewat anak usaha PLN Indonesia Power. Untuk nilai investasinya, berapa kapasitasnya masih dalam kajian,” katanya.
Sayangnya, Warsono enggan memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai penjajakan kerjasama tersebut. Termasuk mengenai negara asal dari perusahaan yang dimaksud, apakah dari Jerman seperti yang disampaikan oleh Rida atau negara lainnya.