Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan memberikan sinyal bahwa pasar gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) sedang tidak baik-baik saja,  terutama setelah suplai gas alam Rusia ke Eropa via Ukraina distop per 1 Januari 2025.

“Anda tahu bahwa sekarang gas yang dikirim ke Eropa mulai dikurangi dan mereka alihkan ke China itu akan mengubah nanti bagaimana keadaan geopolitik di dunia ini,” kata Luhut dalam acara Semangat Awal Tahun 2025 by IDN Times, Rabu (15/1/2025).

Aliran gas dari Rusia ke Eropa melalui Ukraina sudah dihentikan per Rabu (1/1/2025), atau saat Tahun Baru, mengakhiri jalur utama bagi kawasan tersebut selama lebih dari lima dekade.

Meskipun langkah tersebut memang diharapkan setelah pertikaian politik selama berbulan-bulan, Eropa masih harus mengganti sekitar 5% gasnya dan mungkin lebih bergantung pada penyimpanan, yang telah turun di bawah tingkat rata-rata untuk periode tersebut.

Harga LNG naik untuk mengantisipasi pemutusan hubungan kerja, dengan patokan gas Eropa ditutup pada 2024 dengan kenaikan lebih dari 50%.

Pergerakan harga LNG sampai dengan pekan pertama Januari 2025./dok. Bloomberg

Kenaikan tersebut belum sepenuhnya tecermin dalam biaya LNG yang biasanya lebih mahal, tetapi sangat diandalkan oleh negara-negara di Asia termasuk Jepang dan Korea Selatan.

Efek ke RI

Berhentinya aliran gas alam Rusia ke Eropa melalui Ukraina, yang memicu anomali harga LNG awal tahun ini, dinilai bakal berdampak terhadap investasi hulu minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia.

Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal menjelaskan tahun ini perusahaan migas raksasa dunia—khususnya dari Amerika Serikat (AS) — sedang berpacu untuk mengebut produksi sebesar-besarnya.

“Termasuk untuk LNG. Di Amerika juga [presiden terpilih] Donald Trump mendorong untuk produksi migas sebesar-besarnya, tidak cuma minyak, tetapi LNG. Karena dia melihat peluang untuk menjual sebanyak-banyaknya ke Eropa, karena Eropa lagi diancam-ancam sama Trump. Kalau enggak beli dari AS, nanti kena sanksi, kena tarif impor,” terangnya.

Situasi tersebut membuat banyak investor migas global kelas kakap mengurungkan niatnya penanaman modalnya di sektor hulu gas untuk difokuskan ke negaranya masing-masing. Artinya, Indonesia tidak lagi dilirik untuk menjadi sasaran investasi LNG lantaran Eropa sedang membutuhkan pasokan domestik.

“Jadi Eropa bangun LNG plant, terminal, dan lain sebagainya. Begitu juga Amerika. Terus produksi Amerika akan digenjot. Produksi Eropa juga akan digenjot, khususnya di North Sea dan terutama di Norwegia. Jadi, investasi akan ditarik kembali untuk membangun sebesar-besarnya suplai LNG di Eropa.”

(mfd/wdh)

No more pages