Angka Desember juga melampaui prediksi pasar yang memperkirakan akan ada kenaikan impor 4,70% yoy.
Pertumbuhan ekspor impor yang angkanya meleset semua dari prediksi pasar tersebut, membawa nilai surplus dagang RI pada Desember kian mengecil, yaitu hanya sebesar US$ 2,24 miliar, di bawah prediksi pasar sebesar US$ 3,69 miliar dan turun dibanding November yang mencapai US$ 4,36 miliar.
Nilai surplus transaksi dagang RI pada Desember juga menjadi yang terkecil dalam lima bulan atau sejak Juli 2024 lalu.
Untuk keseluruhan tahun 2024, Indonesia mencatat kenaikan impor hanya sebesar 2,3% yakni senilai US$ 264,7 miliar. Sementara impor sepanjang 2024 mencatat pertumbuhan 5,31%.
Alhasil, surplus neraca perdagangan Indonesia tahun lalu mengecil menjadi US$ 31,04 miliar. Angka itu lebih rendah dibanding capaian 2023 dengan nilai surplus dagang sebesar US$ 36,89 miliar.
Penantian BI Rate
Hari ini, selain data neraca dagang, rupiah juga menunggu pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang dijadwalkan pada pukul 14.00 WIB nanti.
Konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg dari 38 institusi sampai Rabu pagi ini, menghasilkan angka median 6%. Dengan kata lain, para pelaku pasar yang disurvei, secara bulat memperkirakan BI akan kembali mempertahankan BI rate di level 6%, menimbang ancaman yang masih besar terhadap rupiah.
"Terlepas dari rekor inflasi yang rendah, kami melihat bahwa Bank Indonesia perlu mempertahankan suku bunga BI tidak berubah di level 6,00% pada pertemuan Dewan Gubernur pertama di tahun 2025 untuk mencegah Rupiah melemah lebih lanjut," kata Ekonom Teuku Riefky dari LPEM Universitas Indonesia.
Rupiah telah mencatat pelemahan 1,21% sejak awal tahun, menjadikan kinerja bulan ini sebagai yang terburuk dalam 15 tahun terakhir.
Kejatuhan nilai rupiah di awal tahun tidak terlepas dari fenomena 'strong dollar' yang telah melibas hampir semua mata uang di seluruh dunia.
BI kesulitan melonggarkan moneter kendati angka inflasi sudah berada di level terendah sepanjang sejarah.
Malah, analis memperkirakan ada potensi kenaikan BI rate pada kuartal II nanti bila laju penguatan indeks dolar AS masih belum terhenti dan menjatuhkan nilai rupiah kian dalam.
Berkaca pada kenaikan BI rate dua kali di luar konsensus pasar pada Oktober 2023 dan April 2024, umumnya didahului kemerosotan nilai cadangan devisa dalam jumlah besar, yang biasanya memakan waktu sekitar 3-4 bulan, sebelum akhirnya BI menyerah dan mengerek bunga acuan, menurut kajian Bahana Sekuritas.
Perkiraan Bahana, nilai intervensi BI untuk menahan rupiah pada bulan lalu mencapai US$ 3,5 miliar, kebanyakan di kisaran Rp15.700-Rp15.900/US$ seiring dengan upaya BI memperlambat pelemahan ketika rupiah mendekati level psikologis di Rp16.000/US$.
"Kami menduga intervensi BI sebenarnya mungkin lebih tinggi ketimbang yang terlihat. Itu biasanya merupakan indikasi kebijakan moneter yang lebih ketat di masa depan, melalui intervensi FX-swap yang merupakan net-negative policy di mana BI menjual dolar AS ke pasar dan pada saat yang sama menguras likuiditas rupiah," kata Head of Research Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro.
(rui)