Logo Bloomberg Technoz

Setelah tadi malam inflasi PPI dirilis di angka lebih kecil ketimbang ekspektasi pasar, yang sebenarnya menjadi kabar baik, investor sepertinya masih harap-harap cemas akankah kabar baik berlanjut nanti malam untuk data CPI.

Yield surat utang AS, US Treasury, pagi ini terpantau bergerak variatif di mana tenor 2 tahun turun 1,7 basis poin ke 4,36%. Sedangkan tenor acuan 10 tahun bergerak naik tipis 0,4 basis poin ke level 4,78%.

Pergerakan yield UST-10Y yang masih mendekati 4,80%, menurut analis, mengindikasikan para investor masih waspada mengantisipasi rebound inflasi sektor jasa AS. "Seperti yang tercermin dari naiknya inflasi jasa penerbangan ke 7,20% month-on-month dan jasa properti residensial menjadi 0,30%," kata tim analis Mega Capital Sekuritas dalam catatannya, Rabu pagi.

Sentimen di pasar SUN masih negatif kemarin dengan kenaikan yield tenor panjang, terutama yield SUN tenor 20 tahun yang melonjak hingga 16,4 basis poin menyentuh 7,38%, juga tenor 30 tahun dengan kenaikan 7,3 basis poin jadi 7,29%.

"Menurut kami, kenaikan yield tersebut mencerminkan sikap antisipatif investor SUN menghadapi kemungkinan rilis data inflasi core CPI AS yang bertahan tinggi di 0,30% serta peluang BI kembali menahan suku bunga BI rate di 6,00% akibat foreign outflow dari SRBI & SVBI yang berlanjut pada Januari," kata tim Mega Capital di antaranya Lionel Priyadi, Muhammad Haikal dan Nanda Rahmawat. 

Rilis data neraca perdagangan hari ini mungkin bisa diharapkan menjadi katalis positif bagi rupiah dan pasar domestik dengan perkiraan surplus menyentuh US$ 3,69 miliar.

Rupiah spot bergerak meninggalkan zona Rp16.300-an di mana pada pukul 10:41 WIB bergerak di Rp16.292/US$ atau melemah 0,17%.

(rui/hps)

No more pages