Logo Bloomberg Technoz

“Semua mata kini tertuju pada laporan CPI, yang mungkin merupakan angka inflasi paling penting dalam ingatan baru-baru ini karena akan memicu sentimen pasar yang terobsesi dengan The Fed,” kata Chris Brigati dari SWBC, seperti yang diwartakan Bloomberg News.

Bursa saham Asia telah tertekan selama berbulan-bulan. (Bloomberg)

Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, pasar mengkalibrasi ulang ekspektasi mereka atas potensi pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pasca rilis data pasar tenaga kerja Non-Farm Payrolls pada hari Jumat lalu

“Para pelaku pasar berspekulasi tidak ada pemangkasan suku bunga hingga bulan September dan federal Reserve hanya akan menurunkan suku bunga sebesar 30 bps di tahun 2025 ini,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Sejalan, US Dollar Index juga melonjak ke level tertinggi dalam dua tahun terhadap sejumlah mata uang utama di dunia. 

Dengan terus menguatnya nilai tukar USD, korporasi dengan eksposur internasional yang besar, seperti produsen barang konsumsi, kemungkinan akan mengalami penurunan penjualan, berpotensi menekan IHSG, imbas saham-saham konsumen.

Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, mayoritas saham-saham Blue Chip, termasuk bank-bank berkapitalisasi besar sudah memasuki oversold area. Terkait ini, pasar akan mencermati pengumuman RDG BI pada Rabu sore.

Dari dalam negeri, investor juga mengamati dengan saksama keputusan kebijakan Bank Indonesia hari ini untuk mendapat petunjuk tentang bagaimana Indonesia beradaptasi dengan ketidakpastian arah The Fed dan Pemerintahan baru AS.

Semua ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memprediksi Bank Sentral Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuannya pada 6% setelah melakukan intervensi berulang kali untuk menstabilkan rupiah selama sebulan.

RDG BI diproyeksikan menahan suku bunga acuan di 6%, namun pasar menantikan pandangan BI kedepan dalam pengumuman hasil RDG BI tersebut.

Pergerakan BI Rate Hingga 2024 (Bloomberg)

Pasar juga mengantisipasi realisasi pertumbuhan kredit dari Sektor Perbankan Indonesia (SPI) di Desember 2024.

“Waspadai support terdekat di 6950, pasca IHSG break low level psikologis 7000 di Selasa. Secara teknikal, IHSG mulai memasuki oversold area bersamaan dengan pelemahan Selasa,” mengutip riset Phintraco.

Oleh sebab itu, IHSG berpeluang bottoming pada kisaran 6.900 – 6.950.

Mengulas sentimen global, “Kondisi ini memperkuat indikasi bahwa pasar meyakini data-data inflasi terbaru tidak akan merubah arah kebijakan The Fed di 2025.”

Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi EMTK, UNTR, ADRO, MIDI, MBMA, dan SRTG.

Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, trend IHSG masih Bearish, posisi harga mulai menembus support 6.993.

“IHSG masih berpotensi melanjutkan penurunan ke area support berikutnya di 6.931 dan 6.761,” mengutip paparan BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Rabu (15/1/2025).

BRI Danareksa juga memberikan catatan, last price IHSG ada di 6.956 dengan support potensial 6.931. Hingga ada resistance di 7,109.

Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, EMTK, dan ESSA.

(fad)

No more pages