Meski pagi ini harga emas dunia bergerak sedikit terkoreksi di level US$ 2.673, akan tetapi ada peluang emas akan kembali melanjutkan kenaikan bila data inflasi harga konsumen (CPI) Amerika nanti malam menunjukkan angka lebih rendah atau di bawah ekspektasi pasar.
Angka inflasi yang lebih rendah akan menghidupkan lagi harapan akan penurunan bunga acuan Federal Reserve, bank sentral AS.
Bunga acuan yang lebih rendah akan menurunkan imbal hasil dolar AS. Bagi emas sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil alias non-yielding asset, tingkat bunga yang rendah akan membuat pamornya lebih menarik.
Yang terbaru, bank investasi global UBS Group AG, merilis prediksi adanya potensi harga emas akan memecah rekor tertinggi baru lagi pada Semester II tahun ini.
UBS memprediksi harga emas bisa terbang ke level US$ 2.850 per troy ounce akhir tahun ini. Ketidakpastian yang kemungkinan akan makin besar di tengah masa jabatan Trump dan volatilitas pasar saham, mungkin akan menempatkan emas sebagai pilihan aset yang 'aman'.
(red)