Para pelaku pasar sedikit menarik nafas lega ketika data inflasi PPI tadi malam mencatat angka lebih kecil baik untuk angka bulanan maupun tahunan.
Inflasi PPI pada Desember hanya naik 0,2%, melemah dibanding bulan sebelumnya dan di bawah ekspektasi pasar. Secara tahunan, inflasi PPI di Negeri Paman Sam tercatat naik 3,3%, juga di bawah perkiraan pasar namun meningkat dibanding bulan November yang tercatat 3%.
Apabila angka inflasi CPI nanti malam juga lebih kecil, maka harapan pasar akan adanya pemangkasan bunga acuan The Fed, bank sentral AS, hingga dua kali tahun ini akan kembali hidup.
Inflasi yang rendah akan memberi ruang lebih besar bagi The Fed menimbang penurunan bunga acuan, setelah beberapa data sebelumnya menunjukkan ekonomi AS yang begitu tangguh. Ditambah lagi 'ancaman' dari kebijakan tarif impor AS di bawah Donald Trump, Presiden terpilih AS, yang bisa memicu inflasi.
Namun, sebuah laporan yang keluar pada Selasa, menyebutkan tim ekonomi Trump tengah menggodok formula pengenaan tarif impor secara bertahap, juga memberikan sedikit harapan pada pasar.
Peluang penurunan bunga acuan The Fed menjadi kabar baik bagi emas sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil. Ketika dolar AS dan Treasury, surat utang AS, memberi imbalan lebih kecil, emas bisa meraih lagi daya tariknya sebagai aset safe haven.
Bank investasi global, UBS Group AG, sebelumnya merilis prediksi adanya potensi harga emas akan memecah rekor tertinggi baru lagi pada Semester II tahun ini.
UBS memprediksi harga emas bisa terbang ke level US$ 2.850 per troy ounce akhir tahun ini. Ketidakpastian yang kemungkinan akan makin besar di tengah masa jabatan Trump dan volatilitas pasar saham, mungkin akan menempatkan emas sebagai pilihan aset yang 'aman'.
(rui)