"iPhone—yang berencana rilis pada paruh medua 2025—[dengan model] yang sangat tipis [dengan bagian tertipis sekitar 5,5 mm] dan iPhone yang dapat dilipat, yang masih dalam tahap perencanaan, mungkin hanya akan mendukung eSIM karena desainnya sangat tipis. Mengingat pasar China saat ini tidak mempromosikan ponsel yang hanya mendukung eSIM, kedua model ini dapat menghadapi tantangan momentum pengiriman kecuali desainnya dimodifikasi," terangnya.
Selain itu, Kuo mengkritisi dampak Apple Intelligence atau layanan berbasis kecerdasan buatan yang diperkenalkan pada Worldwide Developers Conference (WWDC) 2024. Meskipun awalnya mendapat perhatian luas, Apple Intelligence disebut belum terbukti mampu mendorong penjualan perangkat keras maupun pendapatan layanan.
"Survei sebelumnya menunjukkan sebagian besar pengguna iPhone tidak tertarik dengan Apple Intelligence, sejalan dengan survei rantai pasokan terbaru saya yang menunjukkan bahwa Apple Intelligence belum meningkatkan permintaan penggantian iPhone," bebernya.
Ia menambahkan bahwa Apple harus berhati-hati agar optimisme pasar terhadap AI tidak berubah menjadi risiko bagi bisnis mereka.
"Saya tidak pesimis dengan prospek jangka panjang Apple Intelligence. Namun, mengingat poin-poin yang dibahas di atas, tidak ada bukti kemampuan Apple Intelligence menguntungkan siklus penggantian perangkat keras atau bisnis layanan. Karena itu, Apple Intelligence harus berhati-hati terhadap potensi risiko penurunan yang disebabkan oleh optimisme pasar yang berlebihan sebelumnya."
Sejalan dengan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan teknologi asal Amerika Serikat ini, Apple diketahui memulai tahun 2025 dengan strategi agresif, yakni memberikan diskon untuk pembelian iPhone di pasar China.
Penurunan ekonomi, persaingan ketat dari merek lokal seperti Huawei dan vivo, serta kepercayaan konsumen yang melemah, menjadi latar belakang keputusan Apple menawarkan diskon khusus selama 4-7 Januari 2025, seperti yang tercantum di situs resmi perusahaan.
Berdasarkan data dari China Academy of Information and Communications Technology (CAICT) mengutip dari MarketWatch, pengiriman ponsel merek asing ke China turun tajam sebesar 47,4% pada November 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini memperpanjang tren negatif selama empat bulan berturut-turut.
Dampaknya, pendapatan Apple di seluruh wilayah China pada kuartal IV-2024 tercatat sebesar US$15,033 miliar, sedikit meleset dari ekspektasi sebesar US$15,084 miliar. Meski demikian, Apple tetap berhasil menduduki posisi kedua di pasar smartphone China dengan pangsa pasar 15,6%.
Meski demikian, posisi tersebut terancam oleh vivo yang memimpin pasar dengan pangsa 18,6%, serta Huawei yang terus bangkit setelah meluncurkan produk inovatif seperti Mate 60 Pro, menurut data IDC.
(prc/ros)