Paket pembiayaan total proyek ini mencapai US$92,6 juta yang terdiri atas US$38,8 juta dari sumber daya modal biasa atau ordinary capital resources; dan sisanya US$38,8 juta dari B loan sindikasi ADB yaitu Sumitomo Mitsui Banking Corporation. Selain itu, ADB juga bertindak sebagai pemberi pinjaman yang tercatat serta pinjaman lunak sebesar US$15 juta dari Kemitraan Pembiayaan Iklim Australia (ACFP)
Sejak 2013, ADB telah membiayai empat transaksi panas bumi di Indonesia. ADB mendukung operasi pembiayaan sektor swasta bagi sejumlah proyek, termasuk Muara Laboh Tahap 1, Rantau Dedap, dan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi Sarulla.
ADB menyebut Indonesia memiliki cadangan energi panas bumi terbesar di dunia yang diperkirakan mencapai 23,1 gigawatt, tetapi baru sebagian kecil dari potensi tersebut yang sudah dimanfaatkan. Sumber daya panas bumi yang melimpah ini menjadikan pemerintah memprioritaskan pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Diketahui, ADB merupakan bank yang memimpin proses penentuan struktur untuk transaksi tersebut serta memobilisasi modal komersial swasta dengan risiko proyek yang belum tercakup untuk pertama kalinya dalam pengembangan baru (greenfield) di sektor Produsen Listrik Independen (IPP) panas bumi di Indonesia.
Sejumlah pemberi pinjaman paralel juga ikut serta bersama ADB, termasuk Japan Bank for International Cooperation dan beberapa bank komersial dengan jaminan dari Nippon Export and Investment Insurance.
(mfd/frg)