Logo Bloomberg Technoz

Kunjungan Mishustin selama dua hari ini terjadi lebih dari enam bulan setelah Presiden Vladimir Putin berkunjung ke Hanoi. Saat itu, Putin mengatakan Rusia siap membantu pembangunan fasilitas gas alam cair (LNG) di Vietnam serta menyediakan LNG dari Rusia.

Kedua negara juga berkomitmen memperluas investasi di sektor energi serta meningkatkan kerja sama pertahanan dan keamanan. Meski Rusia bukan mitra dagang utama, perdagangan bilateral antara keduanya meningkat 26% tahun lalu menjadi sekitar US$4,6 miliar.

Vietnam juga telah memanfaatkan dukungan perusahaan Rusia untuk mengeksplorasi dan mengebor minyak serta gas di Laut China Selatan. Tahun lalu, perusahaan minyak milik negara Rusia, Zarubezhneft, memperoleh izin eksplorasi di Cekungan Nam Con Son. Selain itu, Vietnam bekerja sama dengan Rosatom untuk membangun mikroreaktor 10 megawatt di pusat penelitian sains dan teknologi nuklir yang direncanakan di Provinsi Dong Nai, seperti yang diumumkan pemerintah Vietnam.

Tahun ini menandai 75 tahun hubungan diplomatik antara Vietnam dan Rusia. Kedua negara meningkatkan hubungan menjadi kemitraan strategis komprehensif—tingkat kerja sama tertinggi Vietnam—pada 2012. Selain Rusia, Vietnam juga memiliki tingkat kemitraan yang sama dengan delapan negara lain, termasuk AS, China, dan India.

Menurut situs resmi pemerintah Vietnam, kunjungan Mishustin menunjukkan “keinginan dan tekad para pemimpin tertinggi kedua negara” untuk terus mengembangkan kemitraan strategis komprehensif, mengutip pernyataan Duta Besar Vietnam untuk Rusia, Dang Minh Khoi.

Vietnam, yang termasuk dalam sembilan negara Asia Tenggara yang abstain dari kecaman terhadap kekerasan Rusia di Ukraina, mengambil sikap netral dan menyerukan penyelesaian konflik melalui diplomasi.

Dalam sebuah artikel di surat kabar milik pemerintah Vietnam, Putin berterima kasih atas “sikap seimbang” Vietnam terhadap Ukraina dan dukungannya terhadap “jalur pragmatis untuk menyelesaikan krisis secara damai.”

(bbn)

No more pages