Setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengutuk peluncuran rudal minggu lalu yang bertepatan dengan kunjungannya ke Korsel, Kim mengatakan rudal hipersonik barunya akan membuat semua musuhya di kawasan Pasifik tetap terkendali.
Rudal Korut makin berkembang saat Presiden Korsel Yoon Suk Yeol masih diskors dari kekuasaannya setelah dimakzulkan bulan lalu buntut dari dekret darurat militernya yang singkat. Menteri Pertahanan Korsel dan beberapa komandan militer juga telah ditangkap atau diskors karena dugaan keterlibatan mereka.
Penjabat Presiden Korsel, Choi Sang-mok, yang juga Menteri Keuangan, mengatakan bahwa negaranya akan dengan tegas merespons tindakan terbaru Korut. Sebelumnya, ia menyerukan kesiapan tempur untuk menanggapi tembakan rudal Korut.
Krisis politik di Seoul bertepatan dengan meningkatnya kerja sama militer Korut dengan Rusia, di mana Kim mengirimkan pasukan untuk bergabung dalam perang melawan Ukraina.
AS dan Korsel juga menuduh Kim mengirim sejumlah amunisi artileri ke Rusia untuk membantu Vladimir Putin dalam perangnya di Ukraina.
Menurut Seoul dan Washington, sebagai imbalan atas senjata tersebut, Rusia mengirimkan bantuan yang telah menopang ekonomi Korut dan membantu Kim memajukan program persenjataannya.
Pyongyang dan Moskow telah membantah tuduhan tersebut meskipun ada banyak bukti yang menunjukkan adanya transfer senjata.
(bbn)