RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun RSI emas belum jauh dari 50 sehingga bisa dibilang cenderung netral.
Sementara indikator Stochastic RSI ada di 65,71. Menghuni area beli (long).
Oleh karena itu, sejatinya harga emas berpeluang menguat. Cermati pivot point di US$ 2.670/troy ons. Dari sini, target resisten terdekat adalah Moving Average (MA) 5 di US$ 2.676/troy ons.
Sedangkan target support ada di US$ 2.663/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.639/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.
Faktor Penggerak Harga Emas
Pekan ini, investor akan menunggu rilis data di Amerika Serikat (AS) yang bisa menggerakkan harga emas. Besok malam waktu Indonesia, US Bureau of Labor Statistics akan mengumumkan data inflasi periode Desember 2024.
Konsensus pasar memperkirakan laju inflasi Negeri Paman Sam pada Desember 2024 akan sebesar 0,3% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sama dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara laju inflasi inti (core) diperkirakan 0,2% mtm. Sedikit melambat ketimbang November yang sebesar 0,3% mtm.
Dibandingkan Desember 2023 (year-on-year/yoy). inflasi diperkirakan sebesar 2,8%. Sedikit lebih tinggi dibandingkan November 2024 yakni 2,7% yoy.
Adapun laju inflasi inti tahunan pada Desember 2024 diperkirakan 3,3% yoy. Tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya.
Perkembangan inflasi akan menentukan arah kebijakan moneter bank sentral Federal Reserve. Jika inflasi dirasa sudah kian mendekati target 2%, maka Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan rekan tidak akan ragu untuk menurunkan suku bunga acuan lebih jauh.
Sebaliknya, jika laju inflasi dipandang dalam posisi mengancam, maka The Fed akan restriktif dalam melonggarkan kebijakan moneter. Prospek penurunan suku bunga acuan menjadi samar-samar.
Emas berstatus sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas jadi kurang menguntungkan saat suku bunga masih tinggi. Namun jika suku bunga turun, maka memegang emas jadi lebih cuan.
(aji)
