Logo Bloomberg Technoz

Di lain sisi, Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalia Situmorang memproyeksikan ekspor bisa mengalami pertumbuhan secara tahunan atau year on year (YoY) 10,75%. Sementara itu, impor diramal tumbuh 4,84% YoY.

"Surplus perdagangan [diproyeksikan] US$4,77 miliar, dengan pertumbuhan ekspor secara tahunan 10,75% dan impor 4,84%," ujar Hosianna kepada Bloomberg Technoz, dikutip Selasa (14/1/2025).

Menurut Hosianna, kinerja ekspor ditopang oleh perkembangan harga komoditas coklat dan kopi yang mencatatkan kenaikan harga yang signifikan pada Desember 2024, serta kelompok karet.

Sekadar catatan, harga biji coklat adalah US$11.702 per ton pada 31 Desember 2024, menyitir data Trading Economics. Angka itu mengalami penurunan bila dibandingkan dengan US$12.661 per ton pada 18 Desember 2024. Sementara, harga kopi bertengger pada level US$316,41 per ton pada 31 Desember 2024.

Kendati demikian, Hosianna mengatakan perkembangan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) masih menopang ekspor di tengah masih berlanjutnya tekanan pada batu bara dan kelompok besi baja.

Surplus perdagangan sepanjang 2024 lalu, kata Hosianna, diperkirakan mencapai US$33 miliar, di mana perkiraan ini mencatatkan penurunan sekitar 10% dari surplus perdagangan sepanjang 2023.

"Ya sebagaimana masih belum pulihnya permintaan dari global, di tengah belum beranjak naiknya harga batubara dan besi baja," ujarnya.

Proyeksi 2025

David mengatakan proyeksi neraca dagang mengalami surplus US$31,9 miliar pada 2024, jika termasuk angka proyeksi Desember.

Sekadar catatan, angka itu melambat dibandingkan dengan realisasi surplus US$36,93 miliar selama 2023.

Selanjutnya, David memproyeksikan surplus kemungkinan akan berkurang pada 2025, dengan proyeksi US$26,2 miliar.

"Ada ekspektasi perlambatan baik untuk ekspor dan impor disebabkan terutama karena harga komoditas melemah. Ditambah lagi, outlook permintaan dari negara-negara tujuan ekspor Indonesia seperti China tidak begitu baik," ujarnya.

(dov/lav)

No more pages