Adapun saham-saham perindustrian lain juga jadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT Geoprima Solusi Tbk (GPSO) drop 10%, saham PT Tanah Laut Tbk (INDX) tertekan 8,41%, dan saham PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) juga terjebak di zona merah dengan ambles 7,14%.
Disusul oleh pelemahan saham keuangan, saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang terjun bebas 7,24%, saham PT Lenox Pasifik Investama Tbk (LPPS) anjlok 7,14%, dan saham PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) yang ambles 6,51%.
Saham-saham perbankan lainnya turut menjadi pemberat IHSG, saham PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS) drop 5,26%, saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) melemah 4,31%, dan saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga terjebak di zona merah dengan drop 3,57%.
The Fed dan Rupiah bilang kerok
Gejolak pasar global kembali menerpa pasca rilis data pekerjaan di Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan kuatnya pasar tenaga kerja di negeri itu, menyusul penambahan payroll hingga lebih dari seperempat juta pekerjaan ditambah penurunan tak terduga angka pengangguran pada Desember di negeri itu ke 4,1%.
Turbulensi baru itu mendorong indeks dolar AS jadi tak tertahan, melesat hingga ke level 110. Indeks saham di Wall Street ambles menutup pekan lalu akibat kegelisahan akan prospek suku bunga acuan dengan arus jual yang meningkat tajam di pasar Treasury.
“Dominasi dolar AS tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, sehingga menyiapkan tahun yang penuh tantangan bagi mata uang Asia,” kata Mary Nicola, Market Live Strategist Bloomberg.
Pasar kini semakin pesimistis akan ada pemangkasan bunga acuan oleh Federal Reserve, Bank Sentral AS, pada tahun ini. Mengacu CME Fedwatch Tools, probabilitas penurunan Fed Fund Rate tahun ini mengecil hingga tinggal 30% saja.
Tingkat suku bunga tinggi lebih lama ditambah potensi pecahnya Perang Dagang 2.0, menjadi bagian dari faktor-faktor risiko yang ‘Bakal’ dan ‘Sudah’ dihadapi oleh Indonesia.
(fad/wep)