Logo Bloomberg Technoz

“Intinya kami mengikuti seluruh aturan yg berlaku,” katanya saat ditanya apakah Pertamina  ihwal peluang Pertamina membeli minyak Rusia di tengah sanksi agresif baru dari AS yang dimulai sejak Jumat (10/1/2025).

Impor minyak mentah Indonesia terus naik dari tahun ke tahun. Per 2023, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor minyak RI mencapai 17,84 juta ton, naik dari 15,26 juta ton pada 2022; 13,77 juta ton pada 2021; dan 10,51 juta ton pada 2020.

Adapun, negara asal minyak mentah yang diimpor Indonesia kebanyakan dari Arab Saudi, Angola, AS, Nigeria, Australia, dan sebagainya.

Opsi mengimpor minyak Rusia belakangan ini menyeruak lagi setelah Indonesia resmi mengumumkan bergabung dalam aliansi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) pekan lalu.

Wacana ini sempat mengemuka pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo, yang menyebut Indonesia terbuka untuk membeli minyak dengan harga murah. Apalagi, sejak 2022, minyak Rusia diganjar batas harga US$60/barel oleh G-7 di tengah upaya Barat membatasi akses pendanaan bagi Kremlin untuk menginvasi Ukraina.

“Itu saya pikir tidak ada masalah. Termasuk ketika kita bergabung dengan BRICS dan kemudian ada peluang untuk kita mendapatkan minyak dari Rusia. Selama itu sesuai aturan dan tidak ada persoalan, kenapa tidak?” kata Menteri ESDM Bahlil saat ditemui di kantornya, Jumat (10/1/2025).

Hal tersebut juga diamini Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan pada kesempatan terpisah di kantornya, pekan lalu.

"Ya ke mana saja kalau menguntungkan Republik Indonesia kita beli, kalau kita ada dari bulan kita beli [...] Kalau kita dapat lebih murah US$20 atau US$22 [per barel] kenapa tidak?," ujar Luhut saat ditemui, Kamis (9/1/2025).

Pergerakan harga minyak Brent sampai dengan 13 Januari 2025./dok. Bloomberg

Pada saat bersamaan, harga minyak dunia hari ini terus naik hingga diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam tiga bulan terakhir, menyusul gelombang baru sanksi AS terhadap industri energi Rusia yang mengancam akan membatasi pasokan minyak mentah di pasar global.

Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret naik 1,8% menjadi US$81,18/barel pada pukul 6:11 pagi di London. Sebelumnya, harga naik hingga US$81,49 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari naik 1,9% menjadi US$78,05 per barel.

Sebagai pembanding, Urals—minyak acuan Rusia —  dilego di US$73,68/barel pagi ini, jauh lebih murah dari Brent, tetapi masih di atas batas harga yang ditetapkan G-7. Urals telah naik 7,55% atau sekitar US$5,17/barel sejak awal 2025,  menurut perdagangan berdasarkan kontrak untuk selisih (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini.

(wdh)

No more pages