Logo Bloomberg Technoz

Adapun di pasar ekuitas, IHSG tertekan di zona merah dengan pelemahan 0,13% ke level 7.078. Saham-saham perbankan masih 'terpanggang' oleh aksi jual terutama BBRI, BMRI, juga BBCA serta BBNI. 

Selisih yield menyempit

Kenaikan tingkat imbal hasil surat utang mengindikasikan ada tekanan jual yang menekan harga obligasi. Para pemegang surat utang meminta imbalan lebih besar agar investasi di instrumen fixed income itu tetap menarik di kala prospek tingkat bunga acuan global diperkirakan akan tetap tinggi dalam waktu lebih lama.

Lonjakan yield SUN itu menyusul yang terjadi pasar global. Data pekerjaan di Amerika Serikat (AS) yang memperlihatkan ketangguhan ekonomi Negeri Paman Sam, membuat para pelaku pasar terpaksa memangkas ekspektasi akan terjadinya penurunan bunga The Fed lebih dari satu kali tahun ini.

Yield Treasury, surat utang AS, melesat tak terbendung di mana tenor acuan 10 tahun sudah di 4,75%. Bahkan tenor 20 tahun dan 30 tahun masing-masing sudah atas 5%.

Hampir semua surat utang di seluruh pasar harganya tertekan. Di mana indeks obligasi iShares US aggregate misalnya anjlok -0,60%, lalu Vanguard Developed Market Aggregate juga turun, begitupun indeks yang mengukur harga obligasi emerging market juga tergerus.

Yield US Treasury saat ini sudah mencerminkan (priced in) pemangkasan bunga acuan The Fed hanya satu kali saja sebesar 25 basis poin tahun ini.

Kenaikan imbal hasil Treasury, mempersempit selisihnya dengan yield SUN menjadi tinggal 239 basis poin sehingga membuat pamor SUN jadi kurang menarik. Pagi ini, dengan kenaikan yield terakhir, selisih dengan US Treasury sedikit melebar jadi 244 basis poin.

Secara alamiah, kenaikan yield Treasury akan membuat likuiditas di pasar global akan tersedot keluar dari aset-aset lebih berisiko termasuk saham maupun aset-aset emerging market seperti SUN. 

Tekanan arus jual sudah besar sejak pekan lalu dari pasar domestik RI. Laporan Bank Indonesia, pemodal asing masih melanjutkan aksi jual aset dari pasar domestik. 

Berdasarkan data transaksi 6-9 Januari, investor nonresiden mencatat posisi net sell senilai Rp4,38 triliun terdiri atas penjualan Rp1,92 triliun saham, lalu Rp2,9 triliun Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp440 miliar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

(rui)

No more pages