Latar belakang yang terjadi pasar global dipastikan akan menyeret pasar surat utang negara hari ini setelah sepanjang pekan lalu pasar SUN sejatinya juga tertekan dengan yield tenor 10 tahun sempat di level 7,21%. Meski pada Jumat pasar SUN rebound dengan yield beranjak ke 7,18%, akan tetapi untuk perdagangan hari ini, kemungkinan akan kembali melesat ke 7,20%-7,25% untuk tenor 10 tayhun.
Analis melihat, yield US Treasury saat ini sudah mencerminkan (priced in) pemangkasan bunga acuan The Fed hanya satu kali saja sebesar 25 basis poin tahun ini.
"Proyeksi pemangkasan suku bunga the Fed masih berpotensi rebound kembali ke dua kali masing-masing 25 bps bila inflasi headline PPI AS yang dirilis hari Selasa serta core CPI yang dirilis hari Rabu nanti lebih lambat dibandingkan konsensus. Namun, bila yang terjadi adalah sebaliknya, maka sentimen pasar akan semakin negatif dengan potensi kenaikan yield 10Y UST ke rentang 4,80%-4,90%," kata tim analis Mega Capital Sekuritas di antaranya Macro Strategist Lionel Priyadi dan Junior Economist Muhammad Haikal dalam catatannya.
Rupiah hari ini kemungkinan akan terbenam melemah, berpotensi menjebol level psikologis di Rp16.250/US$, bahkan bisa ke Rp16.400/US$.
Laporan Bank Indonesia, pemodal asing masih melanjutkan aksi jual aset dari pasar domestik. Berdasarkan data transaksi 6-9 Januari, investor nonresiden mencatat posisi net sell senilai Rp4,38 triliun terdiri atas penjualan Rp1,92 triliun saham, lalu Rp2,9 triliun Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp440 miliar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Arus keluar modal asing yang cukup besar itu telah menyeret rupiah hingga nyaris menjebol Rp16.250/US$. Namun, intervensi Bank Indonesia kemungkinan cukup besar sepekan ini, telah membawa rupiah masih mencatat penguatan tipis 0,03% secara mingguan bahkan ketika indeks dolar AS membukukan kenaikan mingguan hingga 0,67% dan yield spread alias selisih imbal hasil surat utang RI dengan AS mengecil tinggal 240 basis poin.
BI terlihat mengoptimalkan intervensi yang kuat di pasar dibekali cadangan devisa yang melimpah, menyentuh US$ 155,7 miliar pada akhir tahun. Meski penting dicatat, devisa terbesar sepanjang sejarah itu kenaikannya kemungkinan terutama disumbang oleh penjualan surat utang global (global bond) senilai US$ 2,75 miliar pada akhir tahun lalu dan FX swaps senilai US$ 2,4 miliar.
(rui)