Menurut Bank Dunia, penurunan tingkat kemiskinan ekstrem di Indonesia didorong oleh pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan dukungan fiskal pemerintah dalam memberikan perlindungan sosial kepada masyarakat miskin dan rentan.
“Dengan kemiskinan ekstrem yang hampir hilang, startegi pengetasan kemiskinan harus memperluas fokusnya agar mencakup rumah tangga miskin,” tulis Bank Dunia dalam laporanya, dikutip Selasa (9/5/2023).
Adapun, ukuran angka negara berpenghasilan menengah ke bawah sebesar US$3,20 per hari pada 2011 menurun tajam dari 61% pada 2002 menjadi 16% pada 2022.
“Peningkatan konsumsi dalam negeri mendorong pengentasan kemiskinan dalam dekade terakhir, sehingga berkontribusi terhadap pertumbuhan lapangan kerja di pasar tenaga kerja yang ketat dan peningkatan upah rill,” ungkap lembaga tersebut.
Untuk menekan kemiskinan ektrem di Indonesia, Bank Dunia memberikan masukan kepada Indonesia mengenai perlu adanya penetapan sasaran yang lebih tinggi untuk meningkatkan kehidupan sepertiga penduduk Indonesia yang secara ekonomi masih tidak aman. Misalnya, dengan mengubah pengukuran PPP menjadi US$3,2 per hari.
Untuk diketahui, Bank Dunia menaikkan garis kemiskinan ekstrem dari US$1,9 menjadi US$2,15 per kapita per hari. Sementara itu, batas kelas penghasilan menengah bawah dinaikkan dari US$3,2 menjadi US$3,65 per kapita per hari.
Adapun, untuk batas penghasilan kelas menengah ke atas dinaikkan dari US$5,5 menjadi US$6,58 per kapita per hari.
Bank Dunia mencatat, tingkat kemiskinan di Indonesia —jika dihitung dengan standar Paritas Daya Beli US$ 3,2 per kapita per hari— menurun dari 61% pada 2022 menjadi 16% pada 2022.
(yun/wdh)