Bloomberg Technoz, Jakarta – Indonesia dinilai bakal gagal ikut meraih keuntungan pada saat harga gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) di Asia kini mencapai level lebih tinggi dibandingkan dengan harga minyak.
Founder & Advisor Research Institute for Mining and Energy Economics (ReforMiner) Pri Agung Rakhmanto mengatakan proyek strategis nasional (PSN) di sektor hulu gas di Indonesia banyak yang belum bisa berproduksi atau onstream dalam waktu dekat.
“Demand gas Asia memang stabil tumbuh, tetapi Indonesia bisa kehilangan momentum dan missed opportunity kalau proyek-proyek gas nasional skala besar seperti Blok Masela dan IDD [Indonesia Deepwater Development] tidak segera onstream,” ujarnya, dikutip Minggu (12/1/2025).
Pri memperingatkan pasar LNG di Asia akan makin kompetitif dalam beberapa waktu ke depan, terutama setelah suplai gas alam Rusia ke Eropa via Ukraina disetop per 1 Januari 2025.
Kejadian tersebut memicu perebutan besar-besaran antara Eropa dan negara-negara Asia Timur terhadap pasokan LNG. Walhasil, kata Pri, pasar Asia kini menjadi magnet tujuan aliran gas dari Rusia, Australia, dan Qatar.
“Pemerintahan Presiden Prabowo memang sudah seharusnya memprioritaskan dan mempercepat proyek-proyek gas di dalam negeri, untuk mendapatkan privileges investasi dan eksekusi proyeknya agar bisa segera mendapatkan market dan onstream,” tutur Pri.

Harga LNG Jepang-Korea, patokan Asia, tercatat lebih mahal hingga 22% daripada minyak mentah Brent awal bulan ini berdasarkan perhitungan Bloomberg. Sementara itu, harga patokan gas Eropa ditutup dengan kenaikan anual lebih dari 50% pada 2024.
BMI—lengan riset Fitch Solutions — sebelumnya memprediksi Indonesia siap menjadi raksasa produsen LNG di Asia Tenggara, seiring dengan adannya potensi tambahan 40 miliar meter kubik atau billion cubic meter (bcm) sumber daya hingga 2030.
Indonesia dinilai kaya akan proyek gas greenfield yang akan mengerek pasokan gas baku untuk produksi LNG sepanjang 2024—2030.
“Kami memperkirakan sekitar 40 bcm gas alam tambahan akan diproduksi dari proyek-proyek mendatang ini, yang sebagian besar ditujukan untuk memasok gas baku ke pabrik-pabrik LNG yang baru dan yang sudah ada,” papar tim peneliti BMI dalam laporan yang dilansir medio Desember.
Proyek gas enhanced gas recovery (EGR) Ubadari adalah yang paling signifikan di antara proyek-proyek greenfield ini dan diestimasikan mendukung produksi LNG dari proyek Tangguh.
-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi
(wdh)