Bloomberg Technoz, New York - Selama ini, Google merupakan search engine yang paling unggul. Namun sepertinya Google harus mulai bersiap menghadapi persaingan dengan Bing, search engine (mesin pencarian) yang dikembangkan oleh Microsoft. Hal ini dipicu dengan rencana Microsoft mengintegrasikan ChatGPT, chatbot berbasis artificial intelligence/AI yang viral sejak akhir tahun lalu, ke dalam search engine Bing.
ChatGPT dikembangkan oleh OpenAI, laboratorium penelitian AI yang telah menerima investasi dari Microsoft sebanyak US$ 1 miliar pada tahun 2019 lalu. Pada 30 November 2022, OpenAI meluncurkan prototype ChatGPT yang dapat berdialog untuk menjawab pertanyaan pengguna, dan langsung merebut perhatian publik.
Berbeda dengan search engine Google yang bekerja dengan pencarian kata kunci dan menampilkan hasil yang harus ditelusuri satu-persatu oleh pengguna, ChatGPT menggunakan large language model yang menganalisa database teks yang sangat besar untuk mengembangkan kemampuannya dalam memahami pertanyaan yang diberikan.
Saat ini, tidak benar mengandalkan (ChatGPT) untuk sesuatu yang krusial. Kami masih meninjau perkembangannya; masih banyak yang harus dikerjakan dalam hal kekokohan dan kebenarannya,”
Sam Altman, CEO OpenAI
Berkat model ini, ChatGPT dapat merangkum data yang tersedia secara publik lalu menyajikannya sebagai jawaban yang detil untuk berbagai hal, mulai dari permintaan untuk resep cocktail hingga essay sekolah. Para ahli juga berpendapat bahwa kemampuan ChatGPT ini dapat menjadi alternatif kredibel dari Google search.
Menurut sumber, Microsoft yakin bahwa bentuk jawaban yang lebih komunikatif dan kontekstual ini akan menarik lebih banyak pengguna. Jawaban yang disediakan pun akan lebih berkualitas dibandingkan dengan hanya menampilkan link saja. Microsoft kemungkinan akan meluncurkan fitur tambahan ini (integrasi Bing dengan ChatGPT) dalam beberapa bulan ke depan, seperti dihimpun dari Bloomberg News, Selasa (11/1/2023).
Namun tentunya masih ada beberapa tantangan dalam pengembangan ChatGPT, seperti keakuratan jawaban serta kecepatan masuknya ke dalam search engine. Jawaban yang diberikan ChatGPT juga tidak mencantumkan sumber, dan terkadang mengandung informasi yang kurang tepat, dan hal ini diakui oleh OpenAI sendiri.
“Saat ini, tidak benar mengandalkan (ChatGPT) untuk sesuatu yang krusial. Kami masih meninjau perkembangannya; masih banyak yang harus dikerjakan dalam hal kekokohan dan kebenarannya,” tulis Sam Altman, CEO OpenAI, dalam cuitannya di Twitter pada 11 Desember 2022 lalu.
"Kode Merah" Google

Google sendiri pun telah mengembangkan chatbot berbasis dialog serupa yang dinamakan LaMDA, singkatan dari Language Model for Dialogue Applications. LaMDA mulai dibangun sejak 2017 dan pertama kali diperkenalkan pada Mei 2021. Menurut laporan The New York Times, CEO Google, Sundar Pichai, serta manajemen perusahaan telah menggerakan tim peneliti untuk menghadapi perkembangan ChatGPT dan menyatakan “kode merah” terhadap situasi tersebut.
Sebenarnya, beberapa terobosan teknologi yang membangun large language model lahir dari laboratorium penelitian Google sendiri. Akan tetapi, para petinggi yang telah meninggalkan raksasa teknologi tersebut dalam beberapa tahun terakhir mengatakan bahwa Google mungkin akan kesulitan memaksimalkan potensi teknologinya sendiri. Alasan terbesarnya adalah model bisnis Google yang bergantung pada iklan, dimana Google menampilkan iklan berdampingan dengan hasil pencariannya. Pendapatan iklan Google pada kuartal-4 2022 yang mencapai US$54,48 miliar merepresentasikan 78.9% dari total penjualan kotornya, dan sebagian besar berasal dari iklan hasil pencarian.
“Google hanyalah korban dari kesuksesannya sendiri,” kata Sridhar Ramaswamy, yang sebelumnya memimpin bisnis periklanan Google. Sridhar keluar dari Google pada tahun 2018, dan sejak tahun 2019 mulai membangun search engine pribadi bebas iklan bernama Neeva, dimana ia menjabat sebagai CEO. Sementara itu, Paul Buchheit, mantan staf Google yang turut membuat Gmail, menyebut dalam salah satu cuitannya di Twitter bahwa Google mungkin hanya “[memiliki waktu] satu atau dua tahun sebelum menghadapi disrupsi total.”
(mar/roy)