Di sisi lain, Rida mengungkapkan kementerian juga menyiapkan kandidat lain selain PLTU Cirebon 1 yang akan dipensiunkan dalam waktu dekat. PLTU yang dimaksud adalah PLTU Pelabuhan Ratu dan PLTU Cilacap.
“Nah yang akan didahulukan itu PLTU milik Independent Power Producer (IPP) atau swasta tetapi bersyarat. PLTU Cirebon itu yang early retirement,” tuturnya.
Sebagai catatan, PLTU Cirebon 1 merupakan pembangkit listrik yang dimiliki oleh perusahaan swasta PT Cirebon Electric Power (CEP). PLTU Cirebon 1 dipilih lantaran memiliki usia sedang dan mempunyai struktur finansial yang sehat, sehingga memudahkan untuk penerapan pembiayaan atau refinancing.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan pemerintah memprioritaskan PLTU yang wilayah produksi listriknya berlebih dan sudah tidak efisien lantaran pembakarannya sudah tidak sesuai dengan spesifikasi awal untuk dipensiunkan segera.
"Nanti akan dipilih wilayah mana yang produksi listriknya berlebihan, unitnya sudah tidak efisien karena konsumsi bahan bakarnya pasti boros. Kalau pembakarannya sudah tidak seperti spek awalnya, otomatis energi yang dihasilkan juga tidak lagi optimal," katanya melalui siaran pers, yang dilansir Senin (20/2/2023).
Selanjutnya, Arifin menggarisbawahi pensiun dini PLTU tidak akan merugikan pemilik pembangkit karena, pada prinsipnya, aset PLTU tersebut akan dibeli kemudian dioperasikan dengan waktu yang lebih cepat untuk penghentiannya.
"Tidak akan merugikan pemilik PLTU karena nanti akan dihitung sebetulnya nilai asetnya itu berapa dan bagaimana kalau mempercepatnya, bukan menutupnya. Kita tidak bisa menutupnya. Misalnya, [izin operasionalnya] masih tersisa berapa tahun, misalnya 15 tahun, bisa dipercepat lagi tidak menjadi 3 tahun? Nah, 3 tahun itu kompensasinya apa? Kami akan melihat nilainya saat ini berapa dan saat 3 tahun berapa. Jadi, intinya harus ada keterbukaan berdasarkan best practice yang ada," jelas Arifin.
Arifin juga menyinggung program lain terkait dengan pembangkit dengan tujuan menurunkan emisi, yakni dengan mengonversi pembangkit tinggi emisi dengan yang rendah emisi. Misalnya, dengan mengonversi pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) berbasis fosil dengan gas.
"Kami juga akan melihat yang lainnya seperti pembangkit BBM dan kami akan mempercepat konversi pembangkit BBM ke gas dan dari gas ke energi baru dan tercepat adalah konversi pembangkit ini jika ingin menurunkan emisi dan biaya [operasional]," jelasnya.
(rez/wdh)