Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers, di antaranya saham PT Kentanix Supra International Tbk (KSIX) yang anjlok 23,1%, saham PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD) yang jatuh 17,3%, dan saham PT Argo Pantes Tbk (ARGO) yang ambruk 11,2%.
Sementara Bursa Saham Asia kompak menapaki jalur merah, yang berseberangan dengan IHSG. Pada penutupan perdagangan, Shenzhen Comp (China), Straits Times (Singapura), Shanghai Composite (China), CSI 300 (China), Ho Chi Minh Stock Exchange (Vietnam), Nikkei 225 (Tokyo), Hang Seng (Hong Kong), TOPIX (Jepang), SENSEX (India), TW Weighted Index (Taiwan), KOSPI (Korea Selatan), dan PSEI (Filipina), yang terpangkas dan melemah masing-masing sedalam 2,22%, 1,58%, 1,33%, 1,25%, 1,23%, 1,05%, 0,92%, 0,80%, 0,31%, 0,30%, 0,24%, dan 0,23%.
Adapun indeks regional tertekan akibat sinyal terbaru para pejabat Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang mengonfirmasi kemungkinan akan mempertahankan suku bunga pada level saat ini untuk periode yang panjang, hanya menurunkannya lagi ketika inflasi benar-benar melambat.
Investor tengah mencermati data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis nanti malam, yang diharapkan memberi gambaran lebih jelas tentang arah kebijakan The Fed.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pergeseran pasar terjadi setelah sejumlah pejabat The Fed pada Kamis memberikan sinyal terbaru bahwa Bank Sentral akan memperlambat laju pemangkasan suku bunga.
Mereka mengindikasikan suku bunga kemungkinan akan dipertahankan di level saat ini untuk jangka waktu yang lebih lama, kecuali inflasi benar-benar terkendali.
Gubernur Federal Reserve Boston, Susan Collins, mengatakan bahwa langkah lebih lambat dalam menyesuaikan suku bunga kini diperlukan karena adanya "Ketidakpastian yang cukup besar" terhadap prospek ekonomi AS. Pendapat ini juga disetujui oleh pejabat bank sentral lainnya, termasuk Deputi Gubernur Michelle Bowman.
Investor masih hati-hati menjelang rilis data Non-Farm Payrolls AS pada Jumat, yang diperkirakan menunjukkan perlambatan pertumbuhan lapangan kerja di tengah pasar tenaga kerja yang masih kuat. Konsensus pasar memperkirakan Ekonomi AS menambahkan 165.000 pekerjaan pada Desember, setelah sebelumnya terdampak badai dan aksi mogok kerja di bulan-bulan sebelumnya.
“Meski ada penurunan momentum, kami masih memproyeksikan kenaikan lapangan kerja yang relatif solid,” kata Oscar Munoz dan Gennadiy Goldberg dari TD Securities.
Data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis pada Jumat dianggap sebagai ‘Ujian Penting’ untuk ekspektasi pasar terhadap kebijakan Hawkish The Fed, menurut Ian Lyngen dan Vail Hartman dari BMO Capital Markets.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, investor khawatir Bank Sentral AS (Federal Reserve) dapat menunda pelonggaran kebijakan moneter dengan alasan risiko inflasi yang masih tinggi,
“Suku bunga yang lebih tinggi dan inflasi, secara bersamaan, dapat menimbulkan masalah bagi perekonomian,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Risiko Geopolitik Jelang Trump Dilantik
Ditambahlagi, ketegangan geopolitik yang makin memanas menjelang pelantikan Presiden AS Terpilih Donald Trump.
Investor pasar saham Asia, terutama China, bersiap menghadapi tarif lebih tinggi yang dapat memperpanjang perlambatan ekonomi negara tersebut. Memicu kegelisahan ketegangan akan semakin memburuk di bawah pemerintahan Presiden Trump.
“Hal ini mencerminkan banyaknya ketidakpastian yang terjadi dengan melemahnya angka-angka makro, pelantikan Trump, tekanan mata uang akibat menguatnya dolar AS, dan jeda stimulus hingga Two Sessions,” papar Xin-Yao Ng, Direktur Investasi Abrdn Plc, yang berbasis di Singapura, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Dalam upaya terbarunya, pihak berwenang merancang rencana untuk mensubsidi lebih banyak produk konsumen dan meningkatkan pendanaan untuk meningkatkan peralatan industri. Bank Sentral juga menegaskan kembali janjinya untuk menurunkan suku bunga dan rasio GWM bagi bank-bank "Pada waktu yang tepat" untuk mendorong pertumbuhan.
(fad/ain)