Logo Bloomberg Technoz

Saat ditanya kemungkinan perbankan akan memberikan bunga yang lebih rendah, Bahlil menyebut kondisi itu bergantung pada tingkat pengembalian modal usaha atau internal rate of return (IRR) perusahaan. Namun, ia memastikan bahwa seluruh IRR perusahaan hilirisasi dalam kondisi baik atau rata-rata di atas 11%. 

“Kalau 11%-12% IRR-nya, saya pikir nggak perlu ada intervensi bunga. Bagus kok ini. Ada smelter nikel itu kan, dulu NPI [nikel pig iron] itu kan 45 tahun break even point. Ngapain pake intervensi bunga,” jelas Bahlil. 

Menggunakan APBN

Bahlil menuturkan Keppres tersebut juga membuka peluang agar anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dapat membiayai proyek hilirisasi. Dia mencontohkan dana tersebut dapat berasal dari penyertaan modal negara (PMN) jika perusahaan yang diberi tanggung jawab merupakan perusahaan pelat merah. 

“BUMN, katakanlah, membutuhkan equity yang cukup. Kan harus ada PMN. Tapi itu kan opsinya kecil sekali. Kami dari Satgas berpikir bahwa untuk hilirisasi ini sekecil mungkin untuk kita hindari memakai dana APBN. Sekecil mungkin,” ungkap Bahlil. 

Menurut dia, Satgas Hilirisasi perlu mencari sumber pendanaan lain karena APBN saat ini dialokasikan untuk urusan makan bergizi gratis, kesehatan, hingga infrastruktur. 

“Tapi yang urusan ekonomi dalam konteks hilirisasi, kita harus mencari, harus inovasi. Harus mencari uang dari swasta murni, bisa dari pasar modal atau dari perbankan,” imbuhnya. 

Keuangan seret

Ketua Asosiasi Bauksit Indonesia (ABI) Ronald Sulistyanto sebelumnya pernah menyebut saat ini banyak pengusaha bauksit mengalami kesulitan keuangan dalam menyelesaikan pembangunan proyek smelter. Di sisi lain, investor tidak kunjung melirik sektor bauksit karena dianggap kurang feasible.

“Jadi memang kesulitan pengusaha produksi ini masih lagi meriang lah. Makanya, kami berusaha sekuat tenaga untuk bisa bangkit. Akan tetapi, bangkitnya dari mana nih? Semuanya terbentur pada masalah equity,” kata Ronald saat dihubungi medio Desember 2024.

Hingga saat ini, dia pun tidak mengetahui persis alasan investor tidak ingin berinvestasi di sektor bauksit. Bahkan, pengusaha smelter bauksit pun sulit mendapatkan pembiayaan dari perbankan dalam negeri.

“Enggak tahu. Saya sudah nanya ke investor juga, investor bilangnya dia sedang berusaha, enggak seperti nikel gitu loh. Karena mungkin ya padat modal,” ujarnya.

“Bank Himbara [Himpunan Bank Milik Negara] saja tidak mau menangkap peluang [membiayai proyek smelter bauksit] ini, bagaimana bank asing.”
Berbeda kisah dari nikel, hilirisasi di sektor bauksit justru masih tertatih. 

Hilirisasi bauksit sebenarnya menghasilkan produk dengan nilai tambah besar berupa alumina. Namun, hal tersebut justru menyebabkan nilai investasi yang digelontorkan untuk pembangunan smelter menjadi lebih mahal.

(ain)

No more pages