Logo Bloomberg Technoz

Adapun pada Desember, penjualan eceran diperkirakan sedikit membaik dengan tumbuh 1% yoy dan sebesar 5,1% mtm. Beberapa subsektor yang mendukung perbaikan pada Desember adalah kelompok sandang, makanan dan minuman, juga suku cadang dan aksesori. "Itu sejalan dengan permintaan masyarakat yang meningkat jelang perayaan Natal dan Tahun Baru," kata Bank Indonesia.

Survei Penjualan Eceran edisi Desember juga menunjukkan, kinerja penjualan ritel pada kuartal IV-2024 diprakirakan hanya tumbuh 1% year-on-year, jauh melambat dibanding capaian kuartal sebelumnya sebesar 5%. Itu juga menjadi angka pertumbuhan terendah setidaknya dalam satu dekade terakhir, di luar periode pandemi pada 2020.

Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia Edisi Desember 2024

Survei Penjualan Eceran edisi Desember juga menunjukkan, kinerja penjualan ritel pada kuartal IV-2024 diprakirakan hanya tumbuh 1% year-on-year, jauh melambat dibanding capaian kuartal sebelumnya sebesar 5%. Itu juga menjadi angka pertumbuhan terendah setidaknya dalam satu dekade terakhir, di luar periode pandemi pada 2020. 

Kinerja yang melempem itu terutama karena beberapa subsektor masih terkontraksi cukup dalam pada kuartal IV-2024. Di antaranya adalah subsektor Peralatan Informasi dan Komunikasi (-22,5%), lalu subsektor Perlengkapan Rumah Tangga lainnya (-7%) dan subsektor Barang Budaya dan Rekreasi (-2,2%).

Sementara beberapa subsektor lain terindikasi melambat di akhir tauhn yaitu subsektor Makanan, Minuman dan Tembakau (+2,8%), lalu Barang lainnya (+0,8%) dan Pakaian (+0,8%).

Sebagai catatan, subsektor Peralatan Informasi dan Komunikasi di mana termasuk di dalamnya adalah penjualan telepon seluler (ponsel), alat elektronik lain seperti tablet, televisi, radio, kulkas dan lain sebagainya; telah mencatat kontraksi pertumbuhan secara kuartalan sejak 2019. Sementara secara tahunan, kontraksi telah berlangsung setidaknya sejak 2022.

Adapun subsektor Barang Budaya dan Rekreasi, pertumbuhan tahunannya juga terkontraksi tanpa putus sejak Mei 2023. Sedang secara kuartalan, subsektor ini terkontraksi sepanjang tahun 2024.

Pengunjung memanfaatkan promo diskon Pilkada di salah satu pusat perbelanjaan Jakarta, Rabu (27/11/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Dua subsektor itu bisa dilihat sebagai proksi daya beli karena mencerminkan barang/jasa tersier atau di luar kebutuhan pokok. Kelesuan penjualan di kelompok tersebut mempertegas gambaran daya beli masyarakat Indonesia yang diduga masih belum pulih sepenuhnya dari dampak Pandemi Covid-19.

Bank Indonesia juga mendapati melalui survei tersebut, penjualan ritel dalam tiga dan enam bulan ke depan, yakni pada Februari dan Mei akan melemah. Hal itu terindikasi dari Indeks Ekspektasi Penjualan yang turun dibandingkan bulan sebelumnya.

Bila perkiraan itu terealisasi, maka akan menjadi tren penurunan penjualan dua bulan beruntun karena pada Januari ini dan pada April nanti, kinerja ritel juga diprediksi melemah.

Yang perlu diperhatikan juga adalah ekspektasi inflasi. Hasil survei bulan Desember itu mencatat, tekanan inflasi tiga bulan ke depan yaitu pada Februari 2025 meningkat dengan Indeks Ekspektasi Harga naik ke 160,2 setelah pada Januari juga naik ke 157,8.

"Hal itu sejalan dengan rata-rata historis kenaikan harga menjelang Ramadan dalam tiga tahun terakhir," kata Bank Indonesia.

Sementara pada Pada Mei, ekspektasi harga menurun sejalan dengan normalisasi permintaan pasca perayaan Idul Fitri.

Harga Naik

Keputusan Pemerintah RI membatalkan kebijakan kenaikan PPN jadi 12%, hanya berselang enam jam dari gong pemberlakuan pada 1 Januari 2025 lalu, memang cukup melegakan. Terlebih, beberapa insentif yang semula diarahkan untuk mengimbangi tekanan akibat kenaikan pajak, tetap dilanjutkan meski PPN batal naik.

Hanya saja, di lapangan terlihat, harga-harga barang sebagian sudah terlanjur naik. Sebagian karena para peritel telah memperbarui sistem penagihan pajaknya menjadi 12% dan belum mengubahnya lagi jadi 11% usai pembatalan. 

Pemerintah RI memang memberikan jaminan bahwa kelebihan bayar akan dikembalikan pada Wajib Pajak. Akan halnya bagi konsumen yang terlanjur membayar lebih karena PPN, dihimbau untuk meminta pengembalian kelebihan bayar dari peritel terkait. 

Selain karena imbas PPN, semakin dekat kedatangan bulan Ramadan yaitu pada akhir Februari, juga hujan deras yang mulai menyapa beberapa kawasan, agaknya telah berdampak pada pergerakan harga pangan.

Mengacu data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Bank Indonesia, beberapa komoditas dapur seperti cabai rawit hijau harganya naik 6,4% pada Jumat (10/1/2024). Begitu juga cabai rawit merah yang sudah melesat 13% hari ini.

Harga gula pasir juga bangkit mendekati Rp20.000 per kilogram untuk kualitas premium. Sementara gula pasir lokal juga naik menjadi Rp18.150 per kilogram. 

Bukan cuma itu, harga minyak goreng curah naik 0,27% ke Rp18.700 per liter. Sementara minyak goreng kemasan merek 1 dan 2 masing-masing naik 0,7% dan 0,5% menjadi Rp21.850 dan Rp20.750 per liter.

Kenaikan harga yang mulai 'ganas' ketika daya beli melemah, kemungkinan akan mendorong masyarakat mengurangi konsumsi. Mengacu hasil Survei Konsumen yang dirilis sebelumnya, proporsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi atau average propensity to consume ratio, pada sebagian besar masyarakat Indonesia, cenderung menurun di kala alokasi penghasilan yang ditabung mencatat peningkatan.

Secara umum, masyarakat konsumen tercatat mengalokasikan 74,1% pendapatannya untuk pengeluaran konsumsi. Itu menjadi persentase terendah dalam tiga bulan. Pada saat yang sama, alokasi pendapatan untuk cicilan utang stabil di kisaran 10,5%. Sementara alokasi untuk tabungan sedikit naik jadi 15,5%, menjadi yang tertinggi sejak Agustus lalu.

(rui/aji)

No more pages