BTN bekerja sama dengan salah satu aplikator ojek online untuk mempermudah proses pengajuan KPR bagi pengemudi. Sistem ini memungkinkan aplikator memotong sebagian penghasilan harian pengemudi untuk ditabung. Jika intensitas kerja pengemudi tinggi dan tabungan yang terkumpul cukup besar, mereka bisa memenuhi syarat untuk mengajukan KPR.
“Contohnya, untuk supir ojek online dari aplikator tertentu, sistem kami sudah mencatat potongan harian mereka untuk tabungan KPR. Ini menjadi dokumen keuangan yang valid untuk pengajuan kredit,” jelas Nixon.
Solusi bagi Tukang Cukur Lewat Paguyuban
Untuk tukang cukur, BTN mengandalkan paguyuban atau komunitas sebagai pihak yang membantu merekap data keuangan mereka. Paguyuban akan memverifikasi keabsahan data historis keuangan para anggotanya dan melaporkannya ke BTN. Dengan cara ini, proses verifikasi menjadi lebih mudah dan kredibel.
"Tukang cukur yang tergabung dalam paguyuban dapat memanfaatkan data yang dihimpun komunitas mereka untuk mengajukan KPR. Kami terus mencari metode terbaik untuk memastikan data ini valid," tambah Nixon.
Target Peningkatan Partisipasi Pekerja Informal
BTN berkomitmen untuk meningkatkan partisipasi pekerja informal dalam program KPR subsidi. Saat ini, hanya 10% dari nasabah KPR FLPP BTN yang berasal dari sektor informal, dan BTN menargetkan angka ini naik menjadi 20% pada tahun 2025. Bank ini berencana menyalurkan pembiayaan KPR FLPP kepada sekitar 220.000 hingga 300.000 nasabah pada tahun ini.
"Dengan skema baru ini, kami ingin memberikan kesempatan yang lebih luas bagi pekerja informal untuk memiliki rumah. Target kami adalah 20% dari penyaluran FLPP dapat dinikmati oleh sektor ini," pungkas Nixon.
(seo)