Logo Bloomberg Technoz

Meskipun kebijakan-kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang baru menimbulkan ketidakpastian dalam kebijakan domestik, perdagangan, dan keuangan, dia meyakini pemotongan pajak dan deregulasi akan berdampak positif bagi aset-aset berisiko di AS.

"Hal ini memperkuat overweight taktis terbesar kami pada saham AS dan saham global. Kami juga berpandangan bullish terhadap dolar AS. Selain itu, kami juga overweight pada saham Inggris, Jepang, India, dan Singapura karena potensi pertumbuhan dan profil risiko-imbal balik yang menarik dari aset-aset tersebut," papar dia.  

Menurut dia, kondisi risk-on mengurangi daya tarik obligasi safe-haven. Selain itu, selisih imbal hasil juga relatif ketat. Oleh karena itu, HSBC GPB berpandangan netral terhadap obligasi global dan lebih memilih strategi investasi obligasi yang lebih aktif di tengah peningkatan fluktuasi suku bunga.

HSBC GPB memperkirakan bahwa risiko geopolitik dan ketidakpastian perdagangan akan meningkatkan permintaan terhadap investasi lindung nilai terhadap risiko ekstrem dan untuk diversifikasi portofolio.

"Sehingga mendukung overweight kami terhadap emas dan hedge funds, serta alokasi strategis pada pasar privat,” ujar Fan.

HSBC GPB memperkirakan bank sentral di berbagai negara, kecuali bank sentral Jepang, akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Bank sentral AS, Federal Reserve diperkirakan akan terus menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin secara bertahap pada Maret, Juni dan September 2025.

"Hal ini akan membuat suku bunga acuan di AS berada di kisaran 3,50% - 3,75% pada September 2025,” tutup Fan.  

(lav)

TAG

No more pages