Dilo menambahkan bahwa Inalum telah bekerja sama dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) untuk mendirikan anak usaha, PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), yang akan mengoperasikan smelter bauksit di Mempawah, Kalimantan Barat.
Sebelum melanjutkan rencana IPO, Dilo menegaskan Inalum perlu memastikan kejelasan kapasitas produksi dari semua lini bisnisnya, termasuk smelter. Sebagai contoh, Inalum perlu memiliki kejelasan terkait lini hulu (upstream) dan menentukan ukuran untuk lini tengah (midstream), seperti yang dilakukan BAI untuk alumina.
“Kalau kayak gitu equity story-nya sudah mulai kelihatan lebih bagus, itu baru kami IPO. Tapi jangan sampai kami IPO, unlocking value, value-nya nggak ada,” tutur Dilo.
Rencana ekspansi Raharja Energi (RATU) di bisnis migas
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan dukungannya terhadap langkah ini, mengingat MIND ID dan anak perusahaannya telah menunjukkan performa konsolidasi yang positif. Selain itu kondisi keuangan dan operasional MIND ID terus membaik.
"Tingkat kesehatannya makin baik, revenue makin baik, profit makin baik. Dividennya sendiri untuk 2023 ke 2024 itu sekitar Rp 7,4 triliun, dan tahun depan direncanakan naik menjadi sekitar Rp11 triliun," kata Erick di sela kegiatan kegiatan MINDialogue.
(mfd/wep)