Pelemahan rupiah akhirnya ikut berkurang di mana pada pukul 09:04 WIB, rupiah beringsut ke Rp16.204/US$.
Pagi ini, tekanan jual terlihat masih berlanjut di pasar Surat Utang Negara. Yield SUN 10 tahun bertahan tinggi di 7,20%, sementara tenor 5 tahun di 7,11% dan 15 tahun saat ini ada di 7,24%. Adapun indeks saham dibuka menguat ke level 7.107.
Secara teknikal, rupiah memiliki level support terdekat di Rp16.200/US$ dan support selanjutnya di Rp16.250/US$. Bila keduanya jebol, rupiah berpotensi makin melemah menuju Rp16.300/US$ sebagai level support terkuat.
Sementara, level resistance rupiah ada di Rp16.150/US$. Bila penguatan bisa menembus level itu, rupiah berpeluang bergerak makin kuat ke Rp16.100/US$.
Hari ini, Bank Indonesia akan menggelar lelang Sekuritas Rupiah (SRBI). Hasil Survei Penjualan Eceran juga akan dipublikasikan menyusul Indeks Keyakinan Konsumen yang dilaporkan mencatat kenaikan.
Dari lanskap global, data Non Farm Payroll AS bulan Desember akan jadi fokus utama, berikut tingkat keyakinan konsumen University of Michigan.
Bank Indonesia menjelaskan, pelemahan rupiah yang masih berlanjut di kala posisi cadangan devisa RI memecahkan rekor, adalah lebih karena keperkasaan dolar AS yang telah menjadi fenomena global.
Dolar AS menguat mengalahkan hampir semua mata uang baik di pasar negara maju maupun emerging market.
"Bila kita bicara nilai tukar, yang terjadi saat ini fenomenal global yaitu USD mengalami penguatan terhadap hampir seluruh mata uang baik mata uang utama lainnya maupun terhadap mata uang emerging market, termasuk rupiah. Jadi, terdapat fenomena penguatan dolar AS," kata Edi Susianto, Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia kepada Bloomberg Technoz.
Di sisi lain, rencana pewajiban penempatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) selama minimal 1 tahun dari semula hanya tiga bulan, memberi harapan sokongan pada rupiah lebih besar ke depan. Aturan baru itu, menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, akan dirilis dalam waktu dekat.
"Aturan itu bisa membantu mekanisme pertahanan rupiah dengan investor kini menghindari aset-aset berisiko," kata Alan Lau, FX Strategist di Maybank Singapura, dilansir dari Bloomberg News.
(rui)