Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pergeseran pasar terjadi setelah sejumlah pejabat The Fed pada Kamis memberikan sinyal terbaru bahwa Bank Sentral akan memperlambat laju pemangkasan suku bunga.
Mereka mengindikasikan bahwa suku bunga kemungkinan akan dipertahankan di level saat ini untuk jangka waktu yang lebih lama, kecuali inflasi benar-benar terkendali.
Gubernur Federal Reserve Boston, Susan Collins, mengatakan bahwa langkah lebih lambat dalam menyesuaikan suku bunga kini diperlukan karena adanya "Ketidakpastian yang cukup besar" terhadap prospek ekonomi AS. Pendapat ini juga disetujui oleh pejabat bank sentral lainnya, termasuk Deputi Gubernur Michelle Bowman.
Investor masih hati-hati menjelang rilis data Non-Farm Payrolls AS pada Jumat, yang diperkirakan menunjukkan perlambatan pertumbuhan lapangan kerja di tengah pasar tenaga kerja yang masih kuat. Konsensus pasar memperkirakan Ekonomi AS menambahkan 165.000 pekerjaan pada Desember, setelah sebelumnya terdampak badai dan aksi mogok kerja di bulan-bulan sebelumnya.
“Meski ada penurunan momentum, kami masih memproyeksikan kenaikan lapangan kerja yang relatif solid,” kata Oscar Munoz dan Gennadiy Goldberg dari TD Securities.
Data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis pada Jumat dianggap sebagai ‘Ujian Penting’ untuk ekspektasi pasar terhadap kebijakan Hawkish The Fed, menurut Ian Lyngen dan Vail Hartman dari BMO Capital Markets.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, investor khawatir Bank Sentral AS (Federal Reserve) dapat menunda pelonggaran kebijakan moneter dengan alasan risiko inflasi yang masih tinggi,
“Suku bunga yang lebih tinggi dan inflasi, secara bersamaan, dapat menimbulkan masalah bagi perekonomian,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Sentimen negatif global di atas rasanya diimbangi optimisme outlook ekonomi Indonesia di 1Q25 menyusul sejumlah stimulus fiskal di awal tahun 2025.
Dari dalam negeri, IHSG sejatinya mendapati sentimen positif terhadap optimisme konsumen Indonesia melihat kondisi perekonomian saat ini hingga beberapa bulan mendatang terus meningkat. Adapun Bank Indonesia (BI) melaporkan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di level 127,7 pada Desember 2024. Terus menguat dibandingkan bulan sebelumnya 125,9.
IKK di atas 100, artinya konsumen percaya diri dalam memandang perekonomian saat ini hingga 6 bulan ke depan.
“Meningkatnya keyakinan konsumen pada Desember didukung oleh menguatnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK),” sebut laporan BI.
Berdasarkan hasil survei BI tersebut, tingkat keyakinan konsumen masyarakat Indonesia pada Desember melanjutkan tren kenaikan. Di mana Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Desember 2024 berhasil menyentuh level tertinggi dalam tujuh bulan. Itu menjadi kenaikan indeks dalam dua bulan berturut-turut.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, kenaikan ini cukup menarik mengingat di Desember 2024, sentimen pasar masih dibayangi oleh rencana kenaikan PPN menjadi 12% mulai 1 Januari 2025.
Dari sisi Teknikal, “IHSG sideways dalam rentang 7.030 – 7.130 di Kamis. Bersamaan dengan pergerakan tersebut, Stochastic RSI lanjutkan kecenderungan menjauhi overbought area,” mengutip riset Phintraco.
Dengan demikian, IHSG diperkirakan kembali bergerak dalam rentang konsolidasi (7.030 – 7.130) tersebut pada hari ini, Jumat 10 Januari 2025.
Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi ACES, BBCA, BMRI, JSMR, INDF dan MTEL.
Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, belum ada perubahan signifikan pada pergerakan IHSG setelah tertahan di dekat area resisten MA-20.
“Waspadai potensi penurunan lebih dalam jika IHSG kembali turun di bawah support 6.931,” mengutip paparan BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Jumat (10/1/2025).
BRI Danareksa juga memberikan catatan, last price IHSG ada di 7.080 dengan support potensial 6.993. Hingga ada resistance di 7.173.
Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, MARK, dan MYOR.
(fad/wep)