Yield surat utang negara tenor 10 tahun sudah di level 7,20%, sementara tenor 2 tahun berada di 7,05% dan tenor 5 tahun di 7,11%. Sementara tenor 15 tahun dan 20 tahun berada di 7,23%.
Secara teknikal, rupiah memiliki level support terdekat di Rp16.200/US$ dan support selanjutnya di Rp16.250/US$. Bila keduanya jebol, rupiah berpotensi makin melemah menuju Rp16.300/US$ sebagai level support terkuat.
Sementara, level resistance rupiah ada di Rp16.150/US$. Bila penguatan bisa menembus level itu, rupiah berpeluang bergerak makin kuat ke Rp16.100/US$.
Hari ini, Bank Indonesia akan menggelar lelang Sekuritas Rupiah (SRBI). Hasil Survei Penjualan Eceran juga akan dipublikasikan menyusul Indeks Keyakinan Konsumen yang dilaporkan mencatat kenaikan.
Dari lanskap global, data Non Farm Payroll AS bulan Desember akan jadi fokus utama, berikut tingkat keyakinan konsumen University of Michigan.
Hasil konsensus pasar yang dirangkum Bloomberg sampai pagi ini menunjukkan, penambahan lapangan kerja di AS pada Desember diperkirakan menurun, yaitu hanya 165.000 pekerjaan dibandingkan November sebanyak 227.000 pekerjaan.
Tingkat pengangguran diprediksi masih bertahan di 4,2%. Sementara upah per jam diperkirakan tumbuh 0,3% month-on-month, naik dibanding bulan sebelumnya; dan tumbuh stabil 4% year-on-year.
Pasar sepertinya masih akan waspada setelah pernyataan banyak pejabat bank sentral, Federal Reserve, mempertegas nada hawkish untuk kebijakan bunga acuan ke depan.
Yang terbaru, Gubernur The Fed Boston Susan Collins mengatakan bahwa pendekatan yang lebih lambat dalam menyesuaikan suku bunga diperlukan saat ini karena terdapat "ketidakpastian yang cukup besar" terkait prospek ekonomi AS.
Pada pembukaan pasar Asia, Jumat pagi ini, sebagian besar mata uang Asia masih melemah namun dalam kisaran terbatas dipimpin oleh ringgit yang melemah 0,07%, dolar Singapura 0,04%, yen 0,02% dan yuan offshore 0,01%.
Sementara sebagian mata uang yang lain seperti baht masih menguat 0,16% terhadap dolar AS, bersama won dan dolar Hong Kong yang bergerak naik sedikit 0,01%.
Bursa Asia pagi ini cenderung merah. Nikkei turun 0,54%, bersama indeks Topix yang juga tergerus 0,10%. Sementara Kospi Korea juga melemah 0,19%, bersama Kosdaq yang turun 0,28%.
Fenomena global
Bank Indonesia menjelaskan, pelemahan rupiah yang masih berlanjut di kala posisi cadangan devisa RI memecahkan rekor, adalah lebih karena keperkasaan dolar AS yang telah menjadi fenomena global.
Dolar AS menguat mengalahkan hampir semua mata uang baik di pasar negara maju maupun emerging market.
"Bila kita bicara nilai tukar, yang terjadi saat ini fenomenal global yaitu USD mengalami penguatan terhadap hampir seluruh mata uang baik mata uang utama lainnya maupun terhadap mata uang emerging market, termasuk rupiah. Jadi, terdapat fenomena penguatan dolar AS," kata Edi Susianto, Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia kepada Bloomberg Technoz.
Menurut Edi, rupiah masih memilih ruang penguatan di tengah fenomena keperkasaan dolar AS. "Menurut saya ruang [penguatan] masih terbuka, apalagi didukung oleh cadangan devisa yang sangat baik, ekonomi fundamental Indonesia yg msh cukup positif, imbal hasil aset rupiah yang masih cukup menarik. Namun, memang dalam jangka pendek akan ada volatilitas up and down, khususnya melihat apa yang terjadi di AS, Eropa dan China," jelas Edi.
Ia melihat, animo investor asing ke pasar domestik saat ini masih mixed. Inflow masih ada. Namun, ada juga yang masih menahan dananya masuk ke RI karena melihat perkembangan global yang masih belum pasti.
Pemerintah RI baru saja menerbitkan surat utang berdenominasi dolar AS dan euro senilai masing-masing US$ 2 miliar dan EUR 1,4 miliar. Penarikan utang valas itu bisa memperkuat posisi cadangan devisa RI.
Di sisi lain, rencana pewajiban penempatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) selama minimal 1 tahun dari semula hanya tiga bulan, memberi harapan sokongan pada rupiah lebih besar ke depan. Aturan baru itu, menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, akan dirilis dalam waktu dekat.
"Aturan itu bisa membantu mekanisme pertahanan rupiah dengan investor kini menghindari aset-aset berisiko," kata Alan Lau, FX Strategist di Maybank Singapura, dilansir dari Bloomberg News.
Investor asing tercatat telah menjual sedikitnya US$ 4,88 juta surat utang negara pada 7 Januari dan melepas US$ 21,8 juta saham pada 8 Januari. Itu merupakan penjualan hari kelima perdagangan tanpa putus.
(rui)