Perkembangan dari Indonesia ikut menyebabkan koreksi harga CPO. Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto awalnya mencanangkan penerapan B40 (pencampuran 40% bahan bakar nabati ke minyak diesel atau solar) mulai 1 Januari 2025.
Namun sepertinya penerapan B40 mundur ke sekitar Februari, Penerapannya juga akan bertahap.
“Untuk masa transisi kan menghabiskan stok dan juga menyesuaikan dengan teknologi. Ada yang dalam proses pencampuran yang tadinya B35 jadi B40 ada penyesuaian teknologi. Kita memberikan waktu sekitar 1,5 bulan,” kata Yuliot Tanjung, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), belum lama ini.
Perkembangan ini membuat Indonesia tetap bisa mengalokasikan CPO lebih banyak untuk pasar ekspor. Sebab penggunaan CPO di dalam negeri untuk program B40 sedikit mundur.
“Pemerintah Indonesia mencari cara untuk mengurangi ekspor. Namun upaya pengetatannya belum terlalu jelas,” tegas Paramalingam Supramaniam. Direktur Pelindung Bestari, sebagaimana dikutip dari Bloomberg News.
Selain itu, perkembangan harga minyak nabati pesaing juga mempengaruhi harga CPO. Kemarin, harga minyak kedelai di bursa Dalian (China) anjlok 1,16%. Adapun di Chicago Board of Trade (Amerika Serikat/AS) turun 0,77%.
Saat harga minyak kedelai lebih murah, maka keuntungan menggunakan CPO menjadi berkurang. Sebab kedua komoditas ini bisa saling menggantikan.
Analisis Teknikal
Lalu bagaimana perkiraan gerak harga CPO hari ini? Apakah akan turun lagi atau bisa bengkit berdiri?
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO masih terjebak di zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 39,47. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Sementara indikator Stochastic RSI ada di 29,38. Menghuni area jual (short) yang cukup kuat.
Akan tetapi, koreksi yang sudah begitu dalam tetap membuat harga CPO berpeluang bangkit mencetak technical rebound. Target resisten akan ada di MYR 4.390/ton yang merupakan Moving Average (MA) 10. Jika tertembus, maka target selanjutnya adalah MYR 4.520/ton yang menjadi MA- 20.
Sedangkan target support ada di MYR 4.219/ton. Penembusan di titik ini berisiko menyeret harga CPO ke arah MYR 4.144/ton.
(aji)