Data yang dirilis Jumat (5/3/2023), lebih tinggi dibanding periode sebelumnya, 165.000 sekaligus berada di atas konsensus, 180.000.
Penambahan pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan dalam ekonomi AS menandakan peningkatan daya beli. Hal ini dianggap sebagai katalis positif untuk Indeks Dolar AS (DXY) dan negatif untuk pasar aset kripto.
Selain itu, penurunan harga Bitcoin juga didorong oleh kemacetan pemrosesan transaksi di jaringan utama Bitcoin, akibat lonjakan transaksi. Saat ini lebih dari 390.000 transaksi dengan total 179 blok yang belum diselesaikan. Ini akan berdampak pada biaya pengiriman Bitcoin yang berpeluang naik hingga 330%.
“Dilansir Blockchain.com, ketika jaringan Bitcoin berjalan normal maka biaya pengiriman dimulai dari US$0,55 - US$2,5 per transaksi. Namun saat terjadi kemacetan seperti saat ini, biaya transaksi naik hampir US$30 per transaksi,” jelas Panji.
Lanjutnya, pergerakan harga Bitcoin dan Ethereum saat ini sedang menunggu rilis data angka inflasi AS yang keluar pekan ini.
Panji menyarankan investor aset kripto untuk dapat wait and see untuk mencermati rilis inflasi April yang akan keluar pada Rabu malam (10/5/2023).
Para ekonom memprediksi harga konsumen inti (Consumer Price Index/CPI) AS menjadi 5,5% secara tahunan, sedangkan tingkat inflasi AS diperkirakan menjadi 5% secara tahunan.
“Jika data CPI dan inflasi AS lebih rendah, atau sesuai perkiraan maka akan menjadi katalis positif bagi Bitcoin dan Ethereum. Namun, jika angkanya lebih tinggi di atas prediksi pasar, maka Bitcoin berpotensi melanjutkan koreksi karena akan mendorong The Fed untuk mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama,” kata Panji.
(fad/wep)