Minyak Rusia
Di sisi lain, Bhima tidak menyarankan Indonesia membeli minyak dari Rusia karena risikonya akan sangat tinggi. Menurut dia, risiko itu terjadi karena ada potensi sanksi yang bisa dikenakan ke Indonesia jika terafiliasi dengan minyak Rusia.
Mulai dari hambatan tarif bagi produk Indonesia ke Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE), dicabutnya berbagai fasilitas perdagangan termasuk generalized system of preference (GSP) yang membuat barang RI kurang kompetitif, hingga dikucilkan dari forum internasional karena pro Rusia.
“Posisinya jadi sangat dilematis. Alih-alih mendapat harga minyak diskon dari Rusia, biaya-biaya untuk mitigasi risikonya jauh lebih besar lagi,” tutur Bhima.
Lebih lanjut, Bhima menyebut hal lain yang cukup merepotkan ketika RI bila membeli minyak dari Rusia yakni terbatasnya persoalan perlindungan asuransi perkapalan yang sangat terbatas.
“Biaya asuransi dan logistik menjadi kendala. Minyaknya ada di Rusia, tetapi dikirim sampai ke Indonesia bisa jadi bengkak harganya karena asuransi yang cover risiko terbatas, selain itu transit ke negara lain juga terbatas,” tutur Bhima.
Bhima menyebut wacana membeli minyak ke Rusia memang pernah disampaikan Sandiaga Uno. Namun, ide itu tenggelam seiring dengan eskalasi konflik yang terjadi di Ukraina secara berkepanjangan.
(mfd/wdh)