Logo Bloomberg Technoz

Sutopo menjelaskan Indonesia menghadapi tantangan dalam pembelian minyak Rusia karena kekhawatiran tentang potensi pembalasan dari negara-negara Barat. Selama ini, China dan India malah lebih bersedia membeli minyak Rusia meskipun ada risiko retaliasi tersebut.

“Presiden ke-7 [Joko Widodo] memang mendorong hal ini [membeli minyak Rusia], tetapi Menteri Keuangan Sri Mulyani ragu-ragu karena ancaman dari Amerika Serikat [AS],” kata Sutopo saat dihubungi, Kamis (9/1/2025).

Saat Indonesia resmi menjadi anggota BRICS, kata dia, kemungkinan ada peluang baru untuk membeli minyak Rusia. Keanggotaan BRICS dapat memberi Indonesia posisi yang lebih kuat untuk bernegosiasi dan terlibat dalam perdagangan dengan Rusia dan negara-negara anggota lainnya. 

Namun, pertimbangan geopolitik dan sanksi internasional masih akan memainkan peran penting dalam transaksi semacam itu.

“Masalah punya nyali atau tidak, coba deh tanya ke SMI [Sri Mulyani],” ujarnya. 

Lebih Murah

Lebih lanjut, Sutopo menyebut jika RI pada akhirnya memutuskan untuk membeli minyak dari Rusia setelah menjadi anggota BRICS tentunya akan menguntungkan karena harga minyak jauh lebih rendah dari rerata harga minyak dunia. Hal ini karena minyak Rusia dijual dengan price cap US$60/barel akibat sanksi internasional.  

Sebagai perbandingan, harga Brent untuk pengiriman Maret masih bertengger di US$76,07/barel pada pukul 11:52 di Singapura hari ini, sedangkan WTI untuk pengiriman Februari US$73,20/barel.

Pembelian minyak ke Rusia dinilai Sutopo juga dapat membantu mengurangi biaya energi dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Jika Sri Mulyani memerhatikan hal ini, maka RI akan menghemat APBN dan dapat mengurangi utang luar negeri.

Produksi minyak Rusia sampai dengan November 2024./dok. Bloomberg

Sutopo menjelaskan hal yang dikhawatirkan dari pembelian minyak ke Rusia adalah tensi hubungan diplomatik dengan AS dan Uni Eropa (UE) yang telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Namun, sebagai pembeli, seharusnya RI bisa melakukan transaksi kepada siapapun karena memiliki kepentingan bagi banyak rakyat

“Bukankah diversifikasi sumber minyak dari beberapa tempat akan meningkatkan keamanan energi Indonesia dengan mengurangi ketergantungan pada minyak Timur Tengah. Hal ini yang pada akhirnya akan memberikan stabilitas yang lebih baik dalam pasokan dan harga energi,” jelas Sutopo.

Sebagai anggota BRICS, lanjut dia, Indonesia akan merasa lebih mudah untuk terlibat dalam perdagangan dan kerja sama ekonomi dengan Rusiaserta negara-negara BRICS lainnya. Hal ini dapat mengarah pada ikatan ekonomi yang lebih kuat dan dukungan timbal balik dalam blok tersebut.

“Akan tetapi, memang membuat keputusan sepenting itu harus dipikirkan dengan matang, meskipun ada potensi manfaat ekonomi, Indonesia perlu mempertimbangkan dengan saksama implikasi geopolitik dan diplomatik dari pembelian minyak Rusia,” ungkap Sutopo.

Indonesia telah resmi menjadi anggota penuh BRICS per 7 Januari 2025. Keanggotaan ini dipandang sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kerja sama dengan negara-negara berkembang lainnya dan mendorong terciptanya dunia yang adil dan damai.

“Keanggotaan Indonesia di BRICS diharapkan dapat memperkuat pengaruhnya di panggung global dan memberikan peluang bagi pertumbuhan ekonomi dan kerja sama,” imbuh Sutopo.

Kementerian Luar Negeri mengatakan BRICS menjadi wadah penting bagi Indonesia untuk menguatkan kerja sama Selatan-Selatan, memastikan suara dan aspirasi negara-negara Global South terdengar dan terwakili dalam proses pengambilan keputusan global.

"Kami berdedikasi penuh untuk bekerja sama dengan seluruh anggota BRICS, ataupun dengan pihak lainnya, untuk mewujudkan terciptanya dunia yang adil, damai, dan sejahtera," tulis Kementerian Luar Negeri dalam pernyataan resmi.

(mfd/wdh)

No more pages