1. PT Bank Jago Tbk (ARTO)
Emiten bank digital milik konglomerat Jerry Ng, Bank Jago (ARTO) laba bersihnya turun mencapai 81,5% menjadi tersisa Rp15,9 miliar efek peningkatan beban pada kinerja 2022.
Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan, sejatinya pendapatan bunga bersih Bank Jago masih mengalami kenaikan 129% menjadi Rp1,35 triliun.
Namun beban operasional Bank Jago mengalami kenaikan lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatannya. Sama halnya dengan beban tenaga kerja, beban promosi dan beban lainnya juga naik.
Hasilnya Bank Jago sukses mencatatkan 7,5 juta nasabah secara aktif, termasuk lebih dari 5,8 juta nasabah funding melalui Aplikasi Jago pada kuartal I-2023.
Jumlah nasabah tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan 3,5 juta nasabah pada kuartal I-2022, termasuk 2,3 juta nasabah funding melalui Aplikasi Jago.
Pertumbuhan jumlah nasabah funding sejalan dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Jago sebesar 120% menjadi Rp9,28 triliun pada Maret 2023 dari sebelumnya hanya Rp4,21 triliun pada Maret 2022.
2. PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB)
Selanjutnya, bank digital BNC atau Bank Neo Commerce (BBYB) masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp789,06 miliar pada kinerja sepanjang 2022.
Bank Neo Commerce sejatinya membukukan pendapatan bunga bersih yang melesat naik 438% menjadi sebesar Rp1,69 triliun. Didukung penuh oleh pertumbuhan kredit sebesar 139%, menjadi Rp10,24 triliun. Faktor lainnya adalah Net Interest Margin (NIM) Neo Commerce tergolong besar yakni mencapai 13,83% pada 2022, naik tinggi dari setahun sebelumnya yang tercatat hanya 5,15%.
“Memasuki tahun ketiga sejak transformasi menjadi bank digital, tren kinerja bisnis dan operasional BNC terus meningkat, dan secara konsisten mencatatkan berbagai pencapaian yang impresif,” papar Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan, dikutip Selasa (8/5/2023).
3. PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI)
Kemudian, Allo Bank Indonesia (BBHI) bank digital yang rilis tepat pada 2022 berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp270 miliar sepanjang 2022, naik 40% secara tahunan.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, pendapatan bunga bersih Allo Bank melesat 221%menjadi Rp627 miliar. Bersamaan dengan pendapatan berbasis komisi atau Fee Based Income yang melesat 364% mencapai Rp120 miliar pada 2022.
Senada dengan kinerja laba bersih yang impresif, Allo Bank juga mencatatkan Aset Produktif sebesar Rp10,4 triliun, melesat naik 149% secara tahunan. Kredit dan Pembiayaan Bank juga meningkat 227% menjadi Rp7,2 triliun. Serta Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 108% menjadi Rp4,4 triliun.
4. PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO)
Berbeda nasib dengan sejumlah bank digital di atas, Bank Raya Indonesia (AGRO) justru mencatatkan pertumbuhan negatif yang signifikan setelah perusahaan memutuskan bertransformasi menjadi bank digital.
Anak usaha Bank Rakyat Indonesia (BBRI) ini mencatatkan penurunan total aset lebih dari 50% dalam 2 tahun terakhir, kini hanya tercatat Rp13,89 triliun pada 2022. Nilai ini turun lebih dari 50% dibandingkan 2020, yang tercatat Rp28,01 triliun.
Sejalan dengan aset, portofolio kredit perusahaan juga menurun signifikan. Pada 2020, Perseroan membukukan kredit Rp19,5 triliun, dan turun menjadi Rp7,7 triliun pada 2022. Dalam kurun 2 tahun, outstanding Bank Raya anjlok 60%, suatu fenomena yang jarang terjadi di perbankan Indonesia.
Sekretaris Perusahaan Bank Raya Ajeng Putri Hapsari menjelaskan penurunan aset terjadi sebagai dampak dari langkah strategis Bank Raya untuk melakukan penataan kembali portofolio bisnis untuk fokus pada pengembangan bisnis digital, khususnya di tengah proses transformasi menjadi bank digital.
"Hal ini sejalan dengan fokus Bank Raya untuk meningkatkan kualitas aset melalui peningkatan porsi CASA, serta penyaluran pinjaman pada debitur dengan ticket size kecil yang bertenor pendek," papar Ajeng Putri.
Adapun ke depannya Bank Raya akan fokus pada pertumbuhan bisnis digital melalui pengembangan produk, dan fitur digital lending dan digital saving, serta meningkatkan sinergi dengan BRI Group dan ekosistem digital, dan pengelolaan aset melalui revamp untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
(fad/aji)