Keputusan menutup marketplace diikuti dengan pengumuman bahwa Bukalapak akan tutup layanan penjualan produk barang fisik mulai 9 Februari 2025. Sejalan dengan penutupan layanan tersebut, hal ini juga kian berdampak pada penilaian aplikasi Bukalapak di platform unduhan.
Meski di Google Play Store aplikasi ini memiliki rating 4,5 bintang dari 2,2 juta ulasan, tetapi terlihat cukup banyak ulasan negatif dari penggunanya.
"Kenapa akhir-akhir ini banyak bugs nya... Barang favorit gak kebaca, gak bisa dilihat whitelistnya atau menambahkan.. cepat perbaiki apa nunggu pengguna pindah ke aplikasi lain," tulis pengguna bernama Broto Atmojo yang memberikan bintang satu untuk aplikasi Bukalapak, dikutip Kamis (9/1/2025).
"Saat situs jual beli lain gencar promo gratis ongkos kirim, sedangkan di Bukalapak tidak ada promo apa-apa, tidak ada voucher, kalo pun ada cuma sedikit orang yang bisa menerima, hasilnya ongkir pun mesti bayar penuh. Bener-bener jadi situs yang buruk untuk berbelanja," tulis username Kak Donnie yang turut memberikan rating bintang satu.
"Bintang satu jauh lebih baik dari pada tidak sama sekali. Ga ada voucer untuk pengguna baru. Sangat menyesal download aplikasi ini. Shopee walaupun pengguna lama tetep aja selalu ada voucer," tulis Jaka Tingkir.
Sementara itu di Apple App Store, aplikasi Bukalapak mendapatkan rating 3,4 dari 133 ulasan. Beberapa pengguna bahkan menyatakan kekecewaannya dan memutuskan untuk menghapus aplikasi Bukalapak dari perangkat mereka.
"Ikut promo serbu yang katanya klo ga dpt, duit dibalikin 100%.... ternyata kenyataannya pas ga dpt serbuan, dana ga dibalikin dan "dibelikan" bukaemas tanpa persetujuan... auto uninstall," tulis Prolegatus dan memberikan rating bintang satu.
"Dana Salah Transfer saldo dan sampai skrg Complain ya pernah ditanganin, Kecewa berat," tulis Sharkaats, juga menghukum bintang satu Bukalapak.
Karya anak bangsa yang kini kalah saing
Sekadar catatan, Bukalapak didirikan oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhammad Fajrin Rasyid pada tahun 2010. Achmad Zaky bukan hanya founder namun juga menjadi Chief Executive Officer (CEO) sejak berdiri hingga akhir 2019.
Zaky kemudian digantikan oleh Rachmat Kaimuddin sejak awal 2020 dan sukses membawa Bukalapak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2021 lalu. Meraih dana segar Rp21,9 triliun, IPO ini masih mencatatkan rekor terbesar di Indonesia.
Rachmat kemudian mengundurkan diri sebagai CEO Bukalapak pada 2021 yang kemudian digantikan oleh Willix Halim hingga saat ini. Di kepemimpinan Willix, Bukalapak memutuskan untuk menutup bisnis marketplace dan hanya fokus pada produk virtual seperti berjualan pulsa secara online.
14 tahun bertahan di industri e-commerce dalam negeri, berinovasi demi merebut simpati, dan kalahkan rival, namun di tahun 2025 Bukalapak memilih 'menyerah' dalam sektor penjualan fisik, dan berfokus pada hal lain.
"Apa yang terjadi di Bukalapak, semakin mengindikasikan inovasi dan bakar uang yang dilakukan oleh ecommerce atau hampir di semua industri digital, itu bisa menjadi alat bertahan," tutur dia.
(wep)